Konten dari Pengguna

Pinjaman Online di Dunia Pendidikan: antara Kebutuhan dan Risiko

Ulfa Choirotul azizah
Saat ini, saya sedang mengejar gelar sarjana di Universitas Jember dalam program studi Pendidikan Sejarah. Saya memulai perjalanan pendidikan pada tahun 2022. Sebagai seorang mahasiswi, saya berusaha untuk meraih prestasi akademik dan Softskill diri.
18 Februari 2024 8:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ulfa Choirotul azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Maraknya pinjaman online (pinjol) telah menjadi fenomena yang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2022 terdapat 1.842 perusahaan fintech pinjaman daring yang aktif beroperasi di Indonesia (Wardhani, 2022).
ADVERTISEMENT
Institut Teknologi Bandung (ITB) telah berkolaborasi dengan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) seperti Danacita untuk menyediakan pinjaman online berbunga kepada mahasiswa yang menghadapi kesulitan dalam membayar biaya kuliah. Pinjaman tersebut akan langsung dicairkan ke kampus. Meskipun demikian, keputusan ITB ini mendapatkan kritik karena dianggap tidak mendukung mahasiswa dan lebih cenderung mencari keuntungan dengan bermitra dengan lembaga pinjaman online berbunga. Mahasiswa yang berkeinginan mengajukan pinjaman online di ITB dapat memanfaatkan berbagai platform seperti CICIL, Danacita, Edufund, Kredit Pintar, Flexi Cash Jenius, KoinPintar, dan UangTeman.
Pinjaman online menawarkan akses pendidikan yang lebih luas bagi individu yang kurang mampu atau tinggal di daerah terpencil. Mereka dapat membiayai kuliah, pelatihan keahlian, atau pendidikan non-formal yang tidak terjangkau tanpa pinjaman. Menurut Pusat Analisis Kebijakan Publik pada tahun 2022 Biaya pendidikan terus meningkat, baik di tingkat sekolah maupun universitas. Pinjaman online dapat menjadi solusi sementara bagi pelajar atau mahasiswa yang mengalami kesulitan keuangan untuk menutupi biaya kuliah, buku, atau kebutuhan lainnya. Meninjau Survei Kondisi Keuangan Mahasiswa di Indonesia yang dilakukan oleh Indonesian Students Association (2023) Pinjaman online dapat membantu mahasiswa dalam keadaan darurat keuangan, seperti biaya pengobatan, perbaikan laptop, atau biaya perjalanan untuk magang. Hal ini mengurangi risiko putus studi akibat kesulitan keuangan jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Pinjaman online memang menawarkan kemudahan akses dan kecepatan pencairan dana. Namun, kemudahan ini sering kali diiringi dengan tingginya tingkat bunga. Bunga pinjaman online bisa mencapai 20% per bulan, jauh di atas bunga bank yang umumnya hanya sekitar 1-2% per bulan. Tingginya bunga pinjaman online dapat membuat peminjam terjerat dalam lingkaran hutang. Jika peminjam tidak mampu membayar cicilan tepat waktu, bunga akan terus berakumulasi dan membuat hutang semakin membesar. Hal ini dapat berakibat fatal bagi kondisi keuangan peminjam (Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2023).
Kemudahan akses dan proses pencairan dana yang cepat pada pinjaman online dapat mendorong penggunaan impulsif. Peminjam mungkin tergoda untuk meminjam uang untuk hal-hal yang tidak mendesak, seperti membeli gadget terbaru atau berlibur. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjerat dalam utang. Jika peminjam tidak mampu membayar cicilan tepat waktu, penagih hutang dari pihak pinjaman online dapat melakukan penagihan dengan cara yang tidak menyenangkan, seperti intimidasi, ancaman, dan pelecehan. Hal ini dapat mengganggu mental dan psikis peminjam (Southeast Asia Globe, 2023).
ADVERTISEMENT