Konten dari Pengguna

Obesitas pada Anak: Tanggung Jawab Siapa?

ulfa mawaddah
Saya seorang mahasiswa di Universitas Negeri Makassar dan sekarang saya sudah semester 3
16 Oktober 2024 19:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ulfa mawaddah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/bocah-kegemukan-memegangi-perutnya-gm1425797948-470167036
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/bocah-kegemukan-memegangi-perutnya-gm1425797948-470167036
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas pada anak-anak menjadi masalah kesehatan yang semakin meningkat di seluruh dunia. Laporan WHO menyatakan bahwa obesitas anak-anak telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2018, 18,8 persen anak usia 5-12 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan, dengan 10,8 persen di antaranya dianggap obesitas. Kondisi ini berbahaya karena obesitas pada anak dapat bertahan hingga dewasa, menyebabkan diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
Tetapi pertanyaan mendasar muncul ketika berbicara tentang penyebab dan solusi obesitas anak. Siapa yang bertanggung jawab atas obesitas anak? Apakah ini sepenuhnya akibat dari orang tua, atau mungkin ada faktor luar seperti industri makanan dan kebijakan pemerintah yang berkontribusi?
Tanggung Jawab Orang tua
Orang tua sering kali dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam perdebatan ini. Orang tua memiliki peran penting dalam membangun kebiasaan anak sejak dini melalui pola makan dan gaya hidup mereka. Di usia balita hingga anak-anak, anak-anak cenderung meniru kebiasaan orang tua mereka dalam hal diet dan olahraga.
Orang tua memiliki kendali total atas apa yang dimakan di rumah. Mereka yang memutuskan apakah membiasakan anak-anak dengan makanan cepat saji, cemilan bergula, dan minuman bersoda atau memberi mereka makanan sehat seperti biji-bijian, sayuran, dan buah. Anak-anak yang memiliki pola makan yang tidak sehat sejak usia dini cenderung menjadi kebiasaan yang sulit diubah ketika mereka dewasa.
ADVERTISEMENT
Orang tua sangat memengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik seseorang. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang aktif secara fisik, yang sering menghabiskan waktu di luar rumah atau berolahraga bersama, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengembangkan kebiasaan yang mirip. Sebaliknya, jika anak-anak dibiarkan menonton televisi atau bermain video game selama berjam-jam, mereka akan kurang bergerak. Ini adalah salah satu penyebab utama obesitas.
Namun, ada komponen tambahan yang harus dipertimbangkan. Anak-anak semakin banyak menghabiskan waktu di depan perangkat elektronik di era modern. Orang tua harus memastikan anak-anak mereka menggunakan teknologi dengan benar, karena aktivitas sedentari yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan antara asupan kalori dan pembakaran energi.

Peran Industri Makanan dan Iklan: Menggoda Anak untuk Mengonsumsi Makanan Tidak Sehat

Selain tanggung jawab orang tua, penting untuk diingat bahwa iklan komersial dan industri makanan memainkan peran yang signifikan dalam meningkatkan prevalensi obesitas pada anak-anak. Iklan dapat dengan mudah mempengaruhi anak-anak, terutama yang menawarkan makanan cepat saji, minuman ringan yang mengandung banyak gula, dan camilan yang tidak sehat. Iklan ini sering kali menampilkan gambar yang menarik dengan warna-warna cerah, karakter kartun, atau slogan yang mudah diingat yang dimaksudkan untuk menarik perhatian anak-anak.
ADVERTISEMENT
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang sering terpapar iklan makanan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengembangkan pola makan yang tidak sehat. Iklan makanan yang muncul di televisi, media sosial, dan aplikasi digital sering membuat anak-anak meminta makanan kepada orang tua mereka. Kondisi ini pasti membuat orang tua menghadapi godaan komersial yang kuat.

Peran Teknologi dalam Memperburuk Situasi:

Ditambah lagi, dengan penggunaan internet dan media sosial yang meningkat, anak-anak semakin terpapar pada konten digital yang tidak selalu baik untuk kesehatan mereka. Makanan cepat saji dan gaya hidup yang tidak sehat secara tidak langsung dipromosikan oleh berbagai iklan di platform populer seperti YouTube, Instagram, atau TikTok.
Ilustrasi anak obesitas. Foto: Shutterstock

Peran Pemerintah: Perlukah Regulasi yang Lebih Ketat?

Pemerintah juga harus bertanggung jawab atas masalah obesitas anak. Untuk mengurangi prevalensi obesitas di negara-negara tertentu, pemerintah telah melakukan hal-hal seperti membatasi iklan makanan cepat saji di media yang ditonton oleh anak-anak, menaikkan pajak pada minuman beralkohol, dan mendorong kampanye yang mendukung pola makan dan olahraga yang sehat. Kebijakan seperti ini masih kurang di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Iklan makanan yang ditargetkan kepada anak-anak seharusnya diawasi dengan lebih proaktif oleh pemerintah. Untuk mencegah obesitas, perlu ada regulasi yang mengontrol pemasaran makanan yang tidak sehat di media yang sering digunakan oleh anak-anak. Selain itu, program pendidikan gizi masyarakat dan sekolah harus diperluas agar anak-anak sejak dini memahami pentingnya menjaga pola makan sehat dan berolahraga.
Pemerintah harus memastikan harga makanan sehat menjadi lebih terjangkau bagi semua orang, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah, selain membuat peraturan iklan. Keluarga dengan anggaran terbatas dapat memilih makanan yang lebih murah namun tidak sehat karena makanan bergizi sering kali lebih mahal daripada makanan olahan atau cepat saji. Selain itu, untuk mendorong anak-anak untuk menjadi lebih aktif secara fisik, penting bagi masyarakat untuk memiliki tempat olahraga yang murah dan mudah diakses.
ADVERTISEMENT

Faktor Genetik dan Kesulitan Orang Tua

Dalam perdebatan ini, ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa faktor genetik juga berperan dalam obesitas pada anak. Anak-anak dengan riwayat obesitas atau gangguan metabolisme lebih cenderung mengalami masalah berat badan meskipun sudah menerapkan pola makan yang relatif sehat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kasus obesitas anak disebabkan oleh orang tua atau faktor lingkungan.
Selain itu, orang tua yang sibuk saat ini sering kali tidak dapat memberikan perhatian penuh pada pola makan anak dan aktivitas fisik mereka. Banyak orang tua yang bekerja penuh waktu lebih sering mengandalkan makanan cepat saji atau siap saji daripada menyediakan makanan sehat di rumah. Dalam situasi seperti ini, orang tua tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Masalah obesitas pada anak adalah tantangan yang kompleks dan tidak dapat diselesaikan hanya dengan menyalahkan satu pihak. Orang tua memang memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk pola makan dan kebiasaan anak sejak dini, namun pengaruh industri makanan, iklan, serta peran pemerintah juga tidak bisa diabaikan.
Untuk mengatasi krisis obesitas pada anak, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Orang tua perlu didukung dengan informasi dan akses yang lebih baik terhadap makanan sehat, sementara industri makanan harus lebih bertanggung jawab dalam pemasaran produk mereka. Selain itu, pemerintah perlu mengambil tindakan nyata untuk mengatur iklan makanan tidak sehat dan mempromosikan gaya hidup sehat di masyarakat. Tanpa kerja sama semua pihak, masalah obesitas pada anak akan terus menjadi beban yang semakin besar bagi sistem kesehatan di masa depan.
ADVERTISEMENT