Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan Karakter: Revitalisasi Aqidah dan Akhlak di Sekolah
21 Oktober 2024 17:03 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ulfah Salwa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengantar Krisis Moral di Kalangan Siswa
ADVERTISEMENT
Krisis moral di kalangan siswa menjadi perhatian serius di Indonesia. Sebelum membahas tentang krisis moral itu sendiri, hendaknya kita terlebih dahulu memahami bagaimana kondisi yang dapat disebut dengan krisis dan apa itu disebut moral. Krisis dapat disebut dengan situasi yang mencapai tingkat keparahan yang memerlukan tindakan. Lalu jika berbicara mengenai moral, yaitu sikap baik dan buruk yang dapat diterima dalam masyarakat. Sesuatu yang merujuk kepada nilai-nilai yang mengatur bagaimana manusia bersikap dan perilaku dalam suatu masyarakat. Maka krisis moral merupakan situasi atau kondisi dimana norma-norma yang ada di masyarakat sudah tidak dilestarikan oleh generasi muda dan berdampak pada masa depan bangsa khususnya dalam perkembangan sosial. Ketika membahas krisis moral dalam pendidikan tidak hanya sebagai pelanggaran aturan sekolah namun berkaitan juga dengan nilai-nilai yang sudah tidak diindahkan lagi oleh para siswa. Dampak dari turunnya moralitas pada generasi muda dapat meluas ke berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi, dan budaya. Maka dari itu penekanan dalam hal pendidikan moral sangat dibutuhkan di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan hal fundamental bagi kemajuan suatu negara. Indonesia sebagai negara yang berkembang yang memiliki banyak permasalahan yang dihadapi, khususnya dalam bidang pendidikan yang mana pengenalan dan penekanan terhadap moral menjadi salah satu hal yang ditekankan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Dampak Krisis Moral
Di era global sekarang banyak permasalahan moral yang terjadi di generasi muda yang sudah melewati batas. Pendidikan moral di sekolah sangat penting melihat kondisi krisis moral yang sangat kronis dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan di Indonesia. Krisis moral siswa di lingkungan sekolah yang membuat turunnya kesadaran dalam menjalankan kewajiban generasi yang seharusnya. Fenomena perundungan (bullying), kenakalan remaja hingga tindakan kriminal yang melibatkan para siswa menjadi bukti bahwa moralitas generasi muda semakin tergerus. Seiring dengan perkembangan teknologi, masalah ini semakin kompleks. Social media yang pada awalnya digunakan sebagai alat yang mempermudah komunikasi dan menjadi hiburan saja, kini menjadi sarana yang mempengaruhi moral generasi muda secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Contoh nyata dari krisis moral di kalangan siswa adalah kasus bullying yang terjadi baru-baru ini adalah seorang siswi SMP di Jambi disundut rokok oleh teman-temannya. Tindakan ini merupakan perilaku yang sangat tidak manusiawi. Kasus ini bukan menjadi kasus pertama dan angka kekerasan di sekolah yang melibatkan siswa semakin meningkat setiap tahunnya. Faktor-faktor yang menyebabkan krisis moral ini beragam, diantaranya adalah kurangnya penerapan nilai-nilai dari pendidikan karakter yang telah diajarkan, kurangnya pengawasan dari orang-orang dewasa di sekitarnya, baik itu guru, keluarga, maupun masyarakat di lingkungan anak tersebut. Kemudian faktor lain adalah ketika anak melihat contoh yang buruk dari lingkungannya, juga dari tontonan yang dilihat oleh anak yang mencontohkan hal yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh anak-anak. Pergaulan yang salah dan paparan konten negatif dari social media dapat memperburuk keadaan. Siswa, terutama pada usia remaja sangat rentan mengikuti apa yang mereka lihat, khususnya di media. Mereka mencari validitas dan eksistensi melalui cara-cara yang merugikan mereka sendiri dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Solusi Mengatasi Krisis Moral
Dalam rangka mengatasi krisis moral yang marak terjadi di kalangan siswa di sekolah, pendidikan aqidah dan akhlaq dapat menjadi solusi dalam menangani masalah ini. Memperkuat pendidikan aqidah dan akhlak dapat diterapkan sebagai solusi dalam mengatasi krisis moral di kalangan siswa. Mata pelajaran aqidah dan akhlak seharusnya menjadi bagian integral dari seluruh kurikulum pelajaran, tidak hanya diajarkan pada saat jam mata pelajaran agama saja, namun hendaknya pendidikan aqidah dan akhlak ini di implementasikan dalam semua mata pelajaran dan kegiatan sekolah. Setiap guru terlepas dari mata pelajaran yang diajarkan perlu berperan aktif dalam menanamkan kembali nilai-nilai akhlak dan moralitas kepada para siswa. Misalnya guru sejarah, dapat mengajarkan nilai nilai dan sifat kepahlawanan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan akhlak seharusnya lebih dahulu dipraktikkan dari rumah, yakni dari orang tua. Orang tua mempunyai peran penting dalam membentuk karakter anak sejak dini. Disisi lain lembaga formal atau sekolah juga berperan aktif dalam mendidik siswa, tidak hanya dari aspek kognitif, tetapi afektif dan juga psikomotorik. Dalam hal ini sejalan dengan prinsip yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing ngarso Sung Tulodo” yang artinya di depan memberikan contoh atau teladan. Prinsip ini sangat relevan di mana guru harus bisa menjadi teladan bagi siswa, tidak hanya dari segi kecerdasan, namun juga berperilaku. Mata pelajaran agama atau budi pekerti belum cukup untuk membentuk moralitas generasi muda dan harus terintegrasi dengan nilai-nilai moral dan praktik akhlak harus dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Gadamer dalam filsafat hermeneutikanya bahwa pemahaman bukan hanya soal mengetahui, namun tentang bagaimana seseorang dapat mempraktikkan apa yang ia ketahui dalam kehidupan nyata. Dalam mewujudkan siswa yang berakhlak mulia, perlu diterapkan juga pendekatan holistik Mengatasi krisis moral di kalangan siswa tidak hanya mengandalkan sekolah sebagai pendidik siswa, namun hal ini memerlukan keterlibatan semua pihak, mulai dari guru, orang tua, juga masyarakat harus berperan aktif. Anak-anak adalah cerminan bagaimana mereka melihat dan apa yang mereka alami di lingkungan mereka. Maka dari itu perlunya kerja sama antara sekolah dan keluarga sangat penting dalam hal menanamkan nilai-nilai moral yang baik. Kunci dari mengatasi masalah ini adalah pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara guru, orang tua, dan masyarakat. Program-program seperti P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan pendidikan karakter dapat menjadi langkah awal untuk memperbaiki moralitas siswa. Kemudian penguatan pengawasan pada konten social media dan lingkungan pergaulan juga diperlukan untuk menghindari dan mencegah siswa terjerumus ke dalam sikap dan moral yang negatif.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Secara keseluruhan, masa depan bangsa sangat bergantung pada moralitas anak bangsa. Tanpa adanya nilai moral, sulit bagi Indonesia untuk bersaing dan bertahan di kancah global. Oleh karena itu, pendidikan aqidah dan akhlak harus menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan Indonesia, dan sebagai pondasi utama yang harus dimiliki oleh siswa dan dapat membantu siswa menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.