Konten dari Pengguna

Omiai: Sebagai Budaya Perjodohan di Jepang

Ulfa Purwanti
Mahasiswa S1 Studi kejepangan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
21 September 2022 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ulfa Purwanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumen pribadi

Omiai sebagai Budaya Perjodohan di Jepang

ADVERTISEMENT

Pernikahan di Jepang

Faktanya, banyak orang Jepang yang lebih selektif dalam memilih pasangan nikah, dan jumlahnya banyak memutuskan untuk tidak menikah. Akibatnya, tingkat pernikahan di Jepang mencapai tingkat yang sangat rendah.
ADVERTISEMENT

Apa itu Omiai?

Omiai (お見合い) adalah perjodohan. Pada zaman dahulu, pernikahan adalah mura- (村 ) atau komunitas, berpusat, dan orang-orang mengutamakan ketertiban dan keuntungan seluruh desa. Akibatnya, orang pada umumnya menikahi mereka yang tinggal dekat dan yang sudah mereka kenal baik. Seiring berjalannya waktu, pernikahan menjadi ie-, atau berpusat pada keluarga, dan kepala keluarga memutuskan pilihan pasangan untuk semua yang lain anggota keluarga. Kriteria seleksi menekankan status sosial keluarga calon pasangan, yang mempromosikan kemakmuran keluarga dalam jangka panjang. Keinginan orang-orang yang menikah paling sering diabaikan, dan terkadang pasangan bahkan tidak bertemu satu sama lain sampai hari pernikahan mereka. Saat ini, pernikahan berpusat pada individu, dan keinginan para calon mempelai dihormati, meskipun latar belakang keluarga masih menjadi pertimbangan penting dalam omiai modern.
ADVERTISEMENT
Untuk memulai proses omiai (お見合い), seorang nakodo (perantara) membantu membuat pertukaran awal informasi antara dua individu dan keluarga. Informasi ini biasanya dipertukarkan secara tertulis dalam dokumen yang disebut tsurisho, dan foto selalu disertakan.
Kemudian, jika kedua belah pihak setuju untuk melanjutkan ke yang berikutnya nakodo memperkenalkan calon pasangan satu sama lain bersama dengan orang tua mereka. Setelah pertemuan awal inilah yang disebut omiai (お見合い), pasangan bertemu secara berkala sampai mereka memutuskan untuk menikah atau tidak, memberikan pertimbangan yang tepat untuk kesesuaian masing-masing.
Jika mereka memutuskan untuk menikah, pada waktu itu biasanya laki-laki itu mengirim hadiah, biasanya cincin pertunangan dan sejumlah uang, umumnya sebesar gaji tiga bulan, kepada calon mempelai wanita dan keluarganya. Pertunangan disebut dengan yuino.
ADVERTISEMENT
Dalam kebanyakan kasus, beberapa bulan kemudian pernikahan berlangsung. Melakukan pernikahan dengan gaya Shinto, Buddha atau Kristen. Sekarang ini omiai (お見合い) sudah ada aplikasinya sehingga lebih mudah dalam penggunaannya.
Dalam kebanyakan kasus, beberapa bulan kemudian pernikahan berlangsung. Melakukan pernikahan dengan gaya Shinto, Buddha atau Kristen. Sekarang ini omiai (お見合い) sudah ada aplikasinya sehingga lebih mudah dalam penggunaannya.
Omiai memiliki sejumlah manfaat yaitu sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Meskipun jumlah omiai telah menurun, banyak anak muda Jepang modern masih mengikuti praktik ini menggunakan aplikasi omiai yang tersedia. Karena pandangan tradisional Jepang tentang pernikahan, yaitu masih soal ie (家) (keluarga) atau (村) mura (desa). Oleh karena itu, meskipun tingkat pernikahan semakin menurun, omiai terus menjadi metode populer untuk memilih pasangan.
Daftar pustaka
Roger J. Davies dan Osamu Ikeno (ed). 2002. The Japanese Mind. US: Tutle Publishing.