Kata Siapa Jadi Ekstrovert Selalu Menyenangkan?

Uliana Hidayatika
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
23 Maret 2023 20:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uliana Hidayatika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ekstrovert an introvert. Foto: Dmitry Demidovich/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ekstrovert an introvert. Foto: Dmitry Demidovich/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendengar kata ekstrovert pastinya langsung terlintas dalam benak kita tentang kepribadian seseorang yang ceria, banyak berbicara, dan mudah bergaul. Ekstrovert merupakan lawan dari kepribadian introvert atau kepribadian yang tertutup, pendiam, dan suka menyendiri. Kepribadian ekstrovert didambakan oleh banyak orang. Orang lain kerap berkata, "Sepertinya enak, ya, jadi ekstrovert. Banyak teman, mudah bergaul, selalu ceria, dan disukai orang lain,". Namun, nyatanya menjadi ekstrovert tidak selamanya menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang berkepribadian ekstrovert biasanya memiliki banyak teman dari segala kalangan, mulai dari teman sebaya, adik kelas, kakak kelas, sampai kalangan orang dewasa. Orang lain hanya melihat keuntungan dari hal ini. Memiliki banyak relasi, tempat untuk bercerita, serta meminta pertolongan. Namun, nyatanya memiliki banyak teman tidak selamanya menyenangkan.
Teman yang banyak terkadang membuat ekstrovert kebingungan memahami kepribadian temannya satu per satu. Selain itu, ekstrovert kerap kali dianggap sebagai "musuh dalam selimut" hanya karena berteman dengan musuh temannya. Padahal yang bermusuhan adalah temannya bukan dirinya sendiri, tetapi ekstrovert dipaksa untuk turut bermusuhan dengan musuh temannya.
Selain hal di atas, memiliki banyak teman juga menimbulkan kesedihan dalam hati seorang ekstrovert karena terkadang tidak ada satu pun temannya yang membantunya pada masa sulitnya. Banyak teman menuntut seorang ekstrovert untuk pintar memilah dan memilih mana teman yang baik atau sebaliknya. Banyak teman juga membuat seorang ekstrovert harus senantiasa memiliki energi yang banyak karena akan semakin banyak pertolongan yang harus ia berikan, cerita yang harus ia dengarkan, dan pelukan yang harus ia berikan.
ADVERTISEMENT
Poin kedua dari tidak mudahnya menjadi seorang ekstrovert adalah sering dianggap cerewet dan cari perhatian atau caper. Padahal, kepribadian yang ditampilkannya tidak bermaksud untuk mencari perhatian orang lain. Ia hanya menjadi dirinya sendiri. Namun, orang lain menilainya secara negatif.
Selanjutnya, pribadi ekstrovert terkadang menjadi oversharing karena terlalu mudah terbuka kepada orang lain. Seorang ekstrovert sulit membedakan mana hal yang sebaiknya boleh ia bagikan dan mana hal yang tidak boleh ia bagikan kepada orang lain. Hal ini akan berakhir dengan oversharing dan akhirnya ekstrovert tersebut menyesal.
Selanjutnya, menjadi ekstrovert harus pandai mengatur keuangan dan memiliki banyak uang. Hal ini karena banyaknya teman yang ia miliki membuat waktu bermainnya semakin banyak pula. Main, nongkrong, dan jalan-jalan pastinya memerlukan biaya. Maka, ekstrovert dituntut selalu memiliki uang untuk menunjang hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Lalu menjadi seorang ekstrovert juga tidak selamanya menyenangkan karena tidak bisa sendirian terlalu lama dan tidak bisa sosialisasi dengan banyak orang terlalu lama pula. Seperti baterai yang tidak boleh sampai 0% dan lebih dari 100%. Apabila hal ini terjadi, seorang ekstrovert akan kehilangan energinya.
Terakhir, menjadi ekstrovert tidak selamanya menyenangkan apabila memiliki insecurity yang tinggi. Hal ini terjadi karena banyaknya teman dan kenalan yang dimiliki. Teman dan kenalan dengan segala kelebihan dan kehebatannya, membuat seorang ekstrovet insecure dan merasa dirinya tertinggal.
Intinya, kepribadian ekstrovert tidak selamanya menyenangkan dan pasti kepribadian introvert pun demikian. Alangkah baiknya kita saling menghormati antar kepribadian satu sama lain. Selain itu, pentingnya mengenali diri sendiri juga harus dilakukan untuk mengoptimalkan kepribadian yang dimiliki dan meminimalisasikan dampak negatif yang dapat ditimbulkan.
ADVERTISEMENT