Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Investasi Ekonomi China Dalam Realisasi Thailand Eastern Economic Corridor
24 November 2022 5:44 WIB
Tulisan dari Ulya Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalam meningkatkan proyek Belt Road and Initiative (BRI) China terus mengupayakan kerja sama dengan banyak negara. China dapat terhubung dan menjalin ikatan dengan negara-negara lain dalam bentuk koridor ekonomi melalui BRI, salah satunya adalah kerja sama China dan Thailand dalam proyek Eastern Economic Corridor.
ADVERTISEMENT
Untuk memperluas cakupan proyek Belt Road and Initiative China mengajak Thailand untuk bergabung, hal ini dikarenakan dari sekian banyak koridor ekonomi yang ada masih belum ada koridor ekonomi yang terhubung dengan negara-negara Asia Tenggara. Dengan demikian, kerja sama dengan Thailand dalam skema koridor ekonomi Belt Road and Initiative menjadi penting bagi China karena dapat membuka akses ke kawasan Asia Tenggara. Maka dengan itu pada tahun 2017, Thailand Eastern Economic Corridor (EEC) terbentuk.
ADVERTISEMENT
Setelah perjanjian kerja sama terbentuk, China dalam forum pertamanya dengan Thailand yang saat itu dihadiri oleh Raja Bhumibol menawarkan pembangunan infrastruktur berupa kra kanal dan pembangunan High Speed Railway (HSR) di Chiang Rai, Thailand Utara. Pembangunan tersebut ditujukan untuk mendukung sektor pertanian Thailand yang hasilnya akan dikirim ke China, serta memperluas perdagangan produk China ke Thailand Utara. Namun pada forum ke-2 ketika kepemimpinan Thailand digantikan oleh Raja Vajilalongkorn, fokus perjanjian kerja sama berubah tidak hanya pada pertanian tetapi juga pengembangan kota megapolitan dan kota industri modern melalui pengembangan infrastruktur, pelabuhan, bandara, dan kemajuan teknologi.
Raja Vajilalongkorn percaya bahwa fokus kerja sama di antara kedua belah pihak harus diubah, hal ini dikarenakan jika hanya kerja sama di bidang pertanian maka tidak sesuai dengan prioritas dan kepentingan nasional Thailand saat itu, yaitu upaya industrialisasi 4.0 Thailand dengan proyek pembangunan kota megapolitan modern yang sudah dirancang sejak tahun 2016. Selain itu, Thailand juga merasa bahwa skema kerja sama pengembangan pertanian hanya akan menguntungkan China dengan distribusi barang dari pasar China ke Thailand Utara.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memfasilitasi kerja sama dan investasi dari China ke Thailand dengan tujuan mewujudkan proyek kota megapolitan modern, Thailand telah memberikan banyak penawaran yang menggiurkan. Berdasarkan Investment tahun 2017 terdapat beberapa kebijakan 'ramah tamah' yang ditawarkan, yaitu pengurangan PPh badan sebesar 50%, sewa tanah jangka panjang selama 99 tahun untuk kawasan komersial dan industri, memperoleh izin kerja, bantuan visa dan visa bisnis selama 5 tahun gratis, dalam bertransaksi dapat menggunakan mata uang internasional tanpa perlu mengkonversi ke Bath Thailand, serta pembangunan tiga gedung khusus sebagai fasilitas bagi investor China di Thailand.
Banyaknya kebijakan 'ramah tamah' yang diberikan Thailand kepada China jelas menunjukkan bahwa China adalah target utama untuk memuluskan proyek megapolitan modern, sehingga meski terkesan merelakan semua akses menguntungkan kepada China nyatanya Thailand tetap melakukan itu, hal ini disebabkan adanya keuntungan timbal balik dari China yang sangat dibutuhkan Thailand berupa investasi besar-besaran. Dilaporkan bahwa dana yang dibutuhkan untuk menciptakan kota megapolitan modern berjumlah 1,7 triliun baht, dan China menyediakan investasinya dalam proyek Koridor Ekonomi Timur senilai 262 miliar baht. Selain itu, melalui pengembangan kota megapolitan modern Thailand percaya bahwa wilayah Eastern Economic Corridor akan menjadi Strategic Gateway to Asia atau gerbang paling modern ke Asia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Kedutaan Besar Kerajaan Thailand, pengembangan kota modern ini juga memiliki beberapa tujuan penting bagi Thailand, yaitu kemakmuran ekonomi masa depan yang meningkat dari USD 5.470 menjadi USD 15.000, mewujudkan kesejahteraan sosial di mana tidak ada masyarakat Thailand yang tertinggal, tidak ada ketimpangan sosial, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan dengan mengubah orang Thailand menjadi masyarakat modern dan kompeten di abad ke-21, serta perlindungan lingkungan. Dengan demikian, tidak salah jika Raja Vajilalongkorn sebagai aktor yang rasional dengan kewenangan yang dimilikinya mampu mengubah fokus kerja sama Eastern Economic Corridor dan menawarkan kebijakan ramah tamah pada China, sebab terdapat hasil menguntungkan yang akan diperoleh Thailand di masa depan.