Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Sisi Lain Veteran Perang: PTSD
13 Desember 2022 18:41 WIB
Tulisan dari Ulya Nur Qudsina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebagian besar kita pasti tidak asing dengan kata ‘Stres’. Sebagian dari kita juga pasti ada yang pernah mengalaminya. Stres dapat menyerang siapa saja, tidak mengenal usia. Stres juga dipicu oleh berbagai macam situasi dan kondisi, hal tersebut mempengaruhi jenis stres dan seberapa parah stres yang dialami. Salah satu sasaran yang paling rentan terkena stres adalah para veteran perang, walaupun mereka adalah orang-orang yang ‘terpilih’ dan sudah melewati berbagai macam simulasi peperangan, stres tetap menjadi resiko yang menghantui pascaperang. Dalam konteks veteran perang, stres yang kerap dialami mereka adalah PTSD. Apa itu PTSD dan bagaimana hal tersebut mengganggu kehidupan veteran perang?
ADVERTISEMENT
Apa itu PTSD?
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa traumatis. Gangguan PTSD dapat terjadi setelah peristiwa yang sangat menegangkan, menyedihkan, atau setelah pengalaman traumatis berkepanjangan. Contohnya, selamat dari bencana alam, mengalami tindakan kriminal, terkena penyakit serius, ataupun insiden yang mengancam nyawa. Ada tiga jenis PTSD, yang pertama yaitu kenangan yang mengganggu (intrusive memories), menghindari (avoidance) dan mati rasa emosional (emotional numbing), dan kecemasan atau peningkatan gairah atau emosi (hyperarousal). PTSD merupakan penyakit mental yang cukup serius, gejalanya dapat muncul dan berkembang dalam jangka waktu yang dekat setelah peristiwa traumatik yang dialami. Seseorang yang terkena PTSD ini dapat mengalami serangan panik dan kecemasan ketika teringat peristiwa traumatik yang pernah dialaminya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Veteran Perang dapat terkena PTSD?
Veteran perang telah melalui banyak hal yang mengguncang psikis dan fisik mereka selama terlibat dalam pertempuran aktif. Suara tembakan, ledakan bom, mayat dan darah, telah menjadi bagian dari keseharian mereka di medan perang. Meskipun veteran perang telah dilatih dengan berbagai bentuk replikasi perang baik dari segi ketahanan batin serta kekuatan fisik, mereka tetap memiliki perasaan manusiawi yang mutlak terdapat pada tiap jiwa manusia, yaitu perasaan takut dan cemas. Terlebih jika peperangan yang dialami terlampau dahsyat dan berkesinambungan bertahun-tahun lamanya, membuat perasaan takut dan cemas tersebut berubah menjadi trauma.
Trauma yang berbekas dalam kejiwaan mereka tentu tidak akan langsung sembuh begitu saja. Kendati para veteran perang ini sudah melepaskan kewajiban mereka dari kegiatan militer, kilas balik kejadian-kejadian traumatis selama peperangan akan selalu menghantui alam bawah sadar mereka. Dalam banyak kasus, trauma ini akan mengganggu normalitas hidup mereka, terutama aktivitas sosial dan psikologis.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit kasus yang bisa dijadikan contoh seberapa fatalnya gejala veteran perang yang mengidap PTSD. Salah satunya adalah kejadian yang dialami seorang mantan tentara Israel. Ia diketahui mengidap PTSD akibat mengikuti peperangan antara Israel dan Hamas, Palestina, di Jalur Gaza pada 2014 silam. Diceritakan pria bernama Itzik Saidan tersebut mendatangi sebuah yayasan yang menaungi tentara korban perang di dekat Tel Aviv dan membakar dirinya sendiri. Insiden tersebut memicu polemik terkait dukungan pemerintah terhadap veteran perang, khususnya yang mengalami dampak psikologis berkepanjangan.
Bagaimana penyembuhan PTSD pada veteran perang?
Yang paling pertama dilakukan dalam penanganan semua penyakit mental adalah berkonsultasi kepada ahli untuk perawatan. Namun naasnya, salah satu penghalang penyembuhan PTSD pada veteran perang adalah rendahnya kesadaran mereka sendiri akan gangguan mental. Tak sedikit veteran peran yang enggan untuk mengakui ketidakberesan psikologis yang menimpa mereka. Maka perlu bantuan orang terdekat untuk mendukung berjalannya tahap penyembuhan yang pertama ini.
ADVERTISEMENT
Yang kedua ada psikoterapi, cara penyembuhan ini merupakan pilihan pertama dalam mengobati PTSD. Ada beberapa jenis psikoterapi yang bisa dipraktekkan untuk mengatasi PTSD:
• Terapi perilaku kognitif, untuk mengenali dan mengubah pola pikir pasien yang negatif menjadi positif
• Terapi eksposur, untuk membantu pasien menghadapi keadaan dan ingatan yang memicu trauma secara efektif
• Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR), untuk mengarahkan fokus pasien ke suara atau gerakan benda tertentu saat mengingat kejadian traumatis
Yang terakhir ada obat-obatan. Obat-obatan yang diberikan tergantung pada gejala penderita, seperti:
• Antidepresan, seperti sertraline dan paroxetine untuk mengatasi depresi
• Anticemas, untuk mengatasi kecemasan
• Prazosin, untuk mencegah mimpi buruk
Obat-obatan tersebut akan dihentikan konsumsinya secara bertahap jika terbukti efektif menyembuhkan PTSD pasien.
ADVERTISEMENT