Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Mengenang Jasa Kartini : Emansipasi Versi Perempuan Masa Kini
20 April 2025 19:48 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Uli Fania Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Raden Adjeng Kartini, sosok pahlawan emansipasi wanita. Lewat surat-suratnya yang semangat, Ia menyuarakan hak-hak perempuan pribumi agar bisa mendapatkan kesetaraan. Kartini melawan ketidakadilan sosial agak para perempuan tidak terjebak dalam peran yang membatasi gerak dan impian. Perjuangan mulianya kini tidak sia-sia. Emansipasi berhasil digaungkan di seluruh penjuru negeri. Perempuan sudah berada di depan, setara dengan laki-laki. Tidak hanya berdiam diri di rumah, perempuan kini sudah bebas bersekolah, berkarir, bahkan bisa menjadi pemimpin.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Kartini sudah berlalu, tapi jasanya masih terkenang dan kita rasakan sampai sekarang. Kartini mewariskan emansipasi agar terus diperjuangkan, tidak hilang. Lantas, bagaimana arti emansipasi bagi perempuan hari ini? Apakah soal gelar pendidikan, jabatan tinggi, atau sekadar mampu berdiri sendiri? Jawabannya cukup sederhana : bebas dan berani menjadi diri sendiri.
Lewat tulisannya, Kartini sudah menyuarakan banyak gagasan. Meski dibatasi oleh tradisi zaman kolonial, Kartini tetap berani menulis tentang kebebasan berpikir, tentang impian perempuan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Kartini bercita-cita agar perempuan dapat bebas bermimpi, mencari jati diri, bukan hanya diam di rumah dan bertugas melayani. Kini, setelah namanya dikenal sebagai pelopor emansipasi, banyak perempuan yang sudah merasakan kebebasan. Tapi, benarkah begitu?
ADVERTISEMENT
Perempuan dan Jebakan Ekspektasi yang Serupa
Perempuan di masa sekarang memang sudah banyak merasakan bentuk kebebasan dan kesetaraan. Perempuan tidak hanya bisa bersekolah tinggi, berbisnis, mengejar karir impian, atau menjadi pemimpin. Sekarang kebebasan perempuan sudah lebih kompleks dan melibatkan hak untuk bisa hidup mandiri. Namun, kebebasan dan kesetaraan yang sudah didapatkan masih menghadapi tantangan besar. Tekanan-tekanan dan standar sosial banyak menghantui langkah perempuan. Katanya, kebebasan perempuan punya standar yang ideal. Pilihan hidup mereka harus sesuai dengan standar sosial yang katanya sudah turun-temurun diwariskan dari nenek moyang. Jika mereka menolak dan memilih jalan sendiri, maka dicap pembangkang dan terlalu keras.
Ekspektasi masyarakat terhadap perempuan menjadi beban yang tak terlihat. Banyak standar sosial yang harus dipenuhi dan perempuan harus bisa menjalaninya dengan seimbang. Mulai dari hal sederhana seperti penampilan sampai merambah ke ranah kompleks kehidupan. Bahkan di ranah digital, perempuan masih dipatok standar. Kolom komentar penuh kecaman dan kritikan. Pertanyaan mengapa perempuan sibuk menggapai impian, masih banyak dilontarkan. Bukankah dunia digital adalah ruang bebas berekspresi sesuai potensi diri, lantas mengapa banyak mimpi-mimpi yang dikritisi hanya karena tidak sama dengan tradisi? Jadi, di mana letak emansipasi? Sulitkah perempuan menjadi berani untuk diri sendiri?
ADVERTISEMENT
Tak ada yang salah dari perempuan yang berani tampil beda. Berani menggapai mimpi yang tinggi dan berekspresi sesuai diri sendiri. Toh, keunikan berasal dari banyaknya keberagaman. Tidak masalah untuk tidak menjadi bagian dari arus tren yang berkembang, selagi meyakini prinsip dan percaya bahwa kita sudah memilih jalan yang benar. Perempuan harus bisa memilih, ingin bebas menggapai impian tanpa tekanan atau mengikuti standar yang tidak membawa pada perkembangan.
Perempuan Masa Kini Berani Jadi Diri Sendiri
Perlu kita pahami bahwa esensi dari emansipasi bukanlah soal kebebasan menjadi sempurna dengan memenuhi standar tertentu. Perempuan punya hak untuk berani dan jujur terhadap diri sendiri. Perempuan bebas memilih jalan hidup yang sesuai dengan nilai, mimpi, dan prinsip pribadi. Apa pun bentuknya, selagi tidak melanggar norma. Mereka bebas menciptakan ruang untuk mengejar impian, berpendapat tanpa dibungkam, dan bebas berekspresi tanpa dipatok standar.
ADVERTISEMENT
Kita tidak harus menjadi Kartini untuk melanjutkan perjuangannya. Kita hanya perlu menjaga nilai-nilai yang diwarisinya. Menyuarakan emansipasi tanpa menutup mata terhadap kemajuan yang ada. Menyesuaikan prinsip dengan keadaan modern yang serba ada, tanpa merubah makna filosofinya. Kita perlu menciptakan ruang, baik untuk diri sendiri maupun sesama perempuan, agar bisa tumbuh tanpa takut dihakimi. Karena emansipasi sejatinya bukan tentang menjadi siapa, tapi tentang punya pilihan atas diri kita.
Mari menuju kesetaraan yang sejati. Di mana perempuan bebas bersuara dan tampil dengan potensi yang dimiliki. Berani menjadi diri sendiri di era serba maju ini, tanpa harus terperangkap dalam ekspektasi yang tidak adil dan paksaan tradisi. Karena ketika perempuan berani tampil beda, mereka bukan hanya membebaskan diri sendiri, tetapi juga memberi inspirasi bagi sesama perempuan untuk melakukan hal yang sama. Jadilah Kartini masa kini yang berani, di mana perempuan bisa saling menghargai tanpa menghakimi, saling mendukung tanpa menjatuhkan, dan saling mempercayai tanpa takut dikritisi.
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Kartini
!