Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kuliah Tamu UM Bandung Kupas Strategi Pengentasan Kemiskinan
21 Oktober 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari UM Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bandung — Faozan Amar, Sekretaris Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyampaikan kuliah tamu tentang strategi pencegahan dan penanganan kemiskinan di Indonesia. Acara ini digelar di Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada Jumat, 18 Oktober 2024, dengan fokus utama pada pentingnya pendekatan terintegrasi dalam mengatasi kemiskinan ekstrem di tanah air.
ADVERTISEMENT
Dalam pemaparannya, Faozan mengungkapkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2023 yang menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 9,36 persen atau setara dengan 25,90 juta jiwa. Angka kemiskinan ekstrem berada di 1,12 persen atau sekitar 3,34 juta jiwa. Pemerintah menargetkan penurunan kemiskinan ekstrem menjadi kurang dari 1 persen pada tahun 2024, sebagai bagian dari upaya menuju kesejahteraan yang lebih merata.
Faozan menyoroti berbagai program strategis untuk mengatasi kemiskinan, termasuk Rumah Sejahtera Terpadu (RST) yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin. Program ini diharapkan dapat menyasar 4.450 keluarga, meningkat dari target awal 3.250 keluarga, dengan dukungan anggaran sebesar Rp65 miliar dan realisasi dana hingga saat ini mencapai Rp54,7 miliar atau sekitar 84,15 persen. Selain itu, program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) juga menjadi sorotan, dengan fokus memberdayakan pelaku usaha mikro di sektor informal.
ADVERTISEMENT
Menurut Faozan, upaya pengentasan kemiskinan membutuhkan sinergi antara pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat. Program bantuan sosial tidak hanya berupa bantuan langsung, tetapi juga mencakup penguatan keterampilan, pendampingan usaha, dan peningkatan akses ke layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Pendekatan komprehensif ini dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan kesejahteraan masyarakat.
Di tengah berbagai tantangan, seperti penurunan angka kelahiran dan ketidakstabilan ekonomi, Faozan tetap optimis bahwa program-program tersebut dapat membawa dampak nyata dalam mengurangi kemiskinan di Indonesia. Dengan dukungan dari semua pihak, termasuk keterlibatan aktif masyarakat, ia yakin target penurunan kemiskinan dapat tercapai, sehingga kehidupan yang lebih sejahtera dan mandiri bagi masyarakat miskin dapat terwujud.***