Pesawat Itu Terbang Ke Surga

Fatatik Maulidiyah
Guru di MAN 2 Mojokerto
Konten dari Pengguna
10 Januari 2021 21:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatatik Maulidiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Duka kembali datang dari tanah air tercinta. Ditengah badai pandemi Corona yang belum juga bisa diperkirakan kapan berakhir, masyarakat Indonesia kembali berduka dengan kabar menghilangnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor SJ-182 yang terbang dari Jakarta menuju Pontianak.
ADVERTISEMENT
Kabar itu masih terus diberitakan dari berbagai media, status dan breaking news yang mengapdate perkembangan informasinya. Saya mengetahui kabar tersebut dari laman media sosial,sebuah akun resmi pemerintah yang mengabarkan hilangnya kontak pesawat tersebut sejak pukul 14.37 WIB. Tak berapa lama bermunculan ucapan duka cita dari seluruh masyarakat. Status, Story beranda dan sebagainya. Foto-foto korban menjelang berangkat, kegiatan terakhir dan sebagainya mewarnai informasi yang terus mengalir sampai saat ini.
Saya tidak bisa berkata apa-apa. Saya tidak bisa merangkai caption apapun . Hanya sebaris doa dan lantunan Surat Alfatihah untuk para korban yang syahid itu. Saya hanya sejenak membayangkan bagaimana orang-orang yang nampak normal dan tak berfirasat itu pada akhirnya wafat dengan cara yang tragis. Jauh dari orang-orang tercinta dan sangat tidak diduga. Kematian memang tidak dapat di atur oleh makhluk termasuk manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah tayangan berita yang saya lihat melalui Youtube, saya memilih tema kronologi hilangnya pesawat tersebut. Pesawat SJ-182 itu terbang pada 9 januari pada pukul 14.00 take off dalam cuaca hujan. Pesawat sempat delay selama 30 menit. Setelah itu pesawat telah terbang dan mencapai ketinggian 1700 Kaki dan telah pula diizinkan terbang pada ketinggian 29.000 Kaki. Pada pukul 14.40 melalui pantauan radar pesawat menuju arah yang tidak seharusnya. Saat itulah pesawat hilang dari radar dan terputus kontak.
Diperkirakan pesawat hilang pada posisi di Kepulauan Seribu. Dengan membawa 50 penumpang yang terdiri dari 12 kru pesawat, 7 anak-anak dan 3 bayi. Pesawat yang kini telah ditemukan sebagian serpihannya itu masih menjadi misteri.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini mengingatkan saya pada hilangnya Adam Air beberapa tahun yang lalu. Hanya tersisa ekor pesawat yang ditemukan nelayan. Dari sini sudah mewakili hilangnya harapan bahwa ada penumpang yang masih hidup. Termasuk pesawat Sriwijaya Air ini. Jika badan pesawat yang terbuat dari logam berukuran besar ini menjadi serpihan, maka bagaimana dengan keadaan penumpang-penumpang di dalamnya.
Pesawat ini, merupakan pesawat yang telah dipakai 2 Maskapai. Yakni Continen Airlines, USA Airlines dan terakhir Sriwijaya Air. Pesawat ini terbang perdana pada 13 Mei 1994 itu berarti pesawat ini telah berusia 26,7 tahun. Pihak manajemen Sriwijaya Air mengklaim bahwa pesawat ini dalam kondisi baik karena sebelumnya telah melakukan penerbangan. Seharusnya tidak rusak. Apalagi menurut beliau pesawat ini sudah dicek kondisinya baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Dalam sudut pandang lain ada saja sebagian orang yang mengait-kaitkan kode SJ-182 sebagai "Sembilan Januari 18.20 sebagai kode meledaknyanya pesawat itu dan berakhirnya usia seluruh penumpangnya. Wallahu A’lam. Menurut saya, silahkan saja manusia menangkap banyak tanda-tanda, entah kode pesawat, sikap-sikap terakhir sang pilot, pramugari, dan penumpang lainnya di moment terakhir pertemuan dengan keluarga mereka. Pada akhirnya kita semua harus menerima, bahwa mereka telah tiada. Mereka semua hanya ingin memeluk jiwa-jiwa mereka yang seharusnya tiba pada tujuan mereka.
Peristiwa ini memang menyedihkan dan menyakitkan. Banyak yang harus mengevaluasinya agar tidak selalu terulang lagi. Takdir kematian memang di tangan Sang Penggenggam Jiwa, namun manusia masih diberi kesempatan berikhtiar. Seperti menentukan standar kelayakan pesawat, keputusan menunda di saat cuaca buruk dan lain-lain sebagainya. Mungkin saja saat itu sang pilot yang sangat religius itu sedang berketetapan hati utnuk menjalankan tugasnya.
ADVERTISEMENT
Mengantar para penumpang agar sampai ke tempat tujuannya. Ayah yang menantikan istri dan anak-anaknya, orangtua yang sedang dinantikan keluarganya, dan lain-lain sebagainya menjadi cerita tersendiri. Sang pilot itu, Almarhum Afwan, telah menjalankan tugasnya secara professional. Ia hanya tidak kuasa menerjang takdir Tuhan yang Maha Teguh. Di angkasa itu beliau membawa 50 penumpang dengan berbagai keperluannya. Menuju kehadirat-Nya. Menuju surgaNya.***
Mojokerto, 10 Januari 2021
SJ-182 yang hilang kontak pada 14.37 WIB