Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Selfito Ergo Sum, Aku Selfi Aku Ada
2 November 2020 5:28 WIB
Tulisan dari Fatatik Maulidiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah seorang filosuf Yunani Descartes sejak dulu memiliki jargon "Cogito Ergo Sum" yang artinya Aku Berpikir Aku Ada, sebuah ungkapan yang memiliki makna pembuktian bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri (Wikipedia.org.id).
ADVERTISEMENT
Descartes sadar bahwa bagaimanapun pikiran mengarahkan dirinya pada kesalahan maupun pada kebenaran, tetapi setidaknya ia sudah berpikir.
Dan sampailah dia pada kesimpulan bahwa ketika ia berpikir, maka ia ada atau dalam bahasa latin " Cogito Ergo Sum".
Lain Descartes lain lagi kaum Millenial. Jika Descartes mengukur eksistensi dengan aktifitas berpikirnya, maka kaum mellenial lebih pada seberapa sering dia eksis di sosial media atau selfi.
Revolusi teknologi dari Offline ke Online mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan manusia. Baik dari segi ekonomi, politik, sosial budaya termasuk gaya hidup.
Orang-orang di sekitar tahun 1980 -1990an menunjukkan eksistensinya dengan berbagai cara.
Misalkan melalui keikut -sertaannya dalam berbagai lomba dan kejuaraan. Orang dulu kalau tidak memiliki prestasi tidak bisa eksis. Dalam bersosial, saya mengenal kolom Sahabat Pena di suatu Majalah Remaja yang ngetrend pada zamannya, seperti Majalah Gadis, Aneka Yess atau Majalah Hai.
ADVERTISEMENT
Mungkin hanya model dan artis saja yang bisa nampang, terkenal dan dilihat banyak orang. Kalau tidak "Goodlooking" atau memiliki bakat, mana bisa nampang.
Kalau kepingin 'nampang' ya itu tadi berada diantara identitas di kolom Sahabat Pena itupun foto kecil dan halamannya tidak berwarna.
Di era serba digital ini di ikuti dengan munculnya berbagai sosial media, telah memberi wadah yang sangat besar bagi siapapun yang ingin eksis. Ia tak perlu pintar, tak perlu Goodlooking dan tak perlu menjadi siapa-siapa.
Dengan memiliki beberapa aplikasi seperti Facebook, Instagram,TikTok,Twitter,Whatssap dan lain sebagainya, setiap orang bisa menunjukkan siapa dirinya.
Entah hanya dengan foto, video, sekedar status atau memang benar-benar sebuah karya nyata. Bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari belahan dunia manapun cukuplah dengan aktif bersosial media.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu kita menjadi "Ada". Bila kita tidak aktif, tidak apdet Status, atau memposting sebuah foto maupun video, mungkin jarang teman atau keluarga menyapa dan mengetahui kabar maupun keberadaan kita.
Bahkan tanpa di cari pun orang sekarang menunjukkan siapa, sedang apa, bersama siapa, melakukan apa, dan berada di mana. Dengan cara inilah mereka eksis.
Ini juga karena tuntutan jaman. Jika ingin mengetahui siapa seseorang itu, lihat sosial medianya. Sebab di sanalah ia mengekpresikan dan menunjukkan siapa dirinya, grup apa yang di ikuti, biografi singkatnya, websitenya, aktifitasnya juga teman-temannya.
Maka jargon " Selfito Ergo Sum " menjadi semacam isme baru di dunia maya. Dengan cara inilah kemudian orang dikenali produknya, pekerjaannya, jasa yang ditawarkan dan juga pemikiran serta seleranya.
ADVERTISEMENT
Namun tak jarang virus "Selfito" yang merasuki manusia jaman sekarang kadang menjadi ajang unjuk diri dalam arti negatif.
Seseorang terkenal karena nyinyir, tebar hoaks, atau ujaran kebencian dan pamer status sosial dan harta menjadi hal yang tidak bisa di pilih untuk bereksis-ria.
Masih ingat kan seseorang yang menjadi terkenal karena pamer Iphone? Bagaimana dia hanya sekedar menunjukkan benda itu lalu viral dan followernya melonjak sampai ratusan ribu K.
Atau Youtuber A. hanya posting makan-makan saja sudah di view jutaan orang . Sementara itu trend orang joget-joget makin mendunia.
Dalam sudut pandang Psikologis selfi menjadi suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Karena selfi merupakan salah satu cara untuk berbaur dengan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selfi juga memiliki motif agar kita di apresiasi orang. Dengan memposting sesuatu, tentu kita berharap ada yang memberi komentar, memberi reaksi atau sekedar like.
Selfi memiliki maksud "Memodifikasi" diri seseorang dengan menonjolkan sisi positif dan meminimalisir sisi negatifnya.
Selfi juga merupakan salah satu cara kita mengetahui visualisasi diri kita, dengan begitu kita memperbaiki hal misalkan penampilan, kualitas diri, anak, keluarga, pekerjaan dan sebagainya.
Seorang Neuroscientis James Kilner mengatakan bahwa , sah-sah saja seseorang sering selfi sebagai salah satu cara mencari visual diri yang ideal, asal masih dalam batas normal.
Sebab selfi dapat meningkatkan kepercayaan diri. Hanya saja pasti masyarakat bisa menilai manakah selfi yang membawa nilai positif atau bernilai negatif.
ADVERTISEMENT
Bagi kita yang suka selfi, tak apa-apa kita melakukan eksistensi diri, prinsipnya apa yang kita posting itu memberi kebaikan atau paling tidak jangan memberi polusi visual bagi orang yang memandangnya,***