Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Beras Sebagai Komoditi Utama dalam Perdagangan Maritim di Makassar
5 Oktober 2022 21:16 WIB
Tulisan dari UMMUL FITROH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejatinya sebuah negara maritim dapat dilihat dari aktivitas masyarakatnya, di mana orientasi pekerjaan lebih diarahkan kepada konsep bahari. Maros sebagai salah satu Kerajaan yang ikut andil dalam arus perdagangan beras di Nusantara dengan mensuplai beras sebagai komoditi utama dari Kerajaan Gowa-Tallo.
ADVERTISEMENT
Produksi beras di Indonesia pada masa kolonial sulit untuk diperkirakan. Di pulau-pulau luar Jawa, produksi tidak terdaftar sistematis seperti di Jawa selama periode ini. Satu-satunya indikasi dari tingkat swasembada produksi pangan di pulau-pulau luar Jawa dapat diperoleh dari statistik perdagangan. Baik di Jawa maupun di pulau luar Jawa, beras telah menjadi tanaman pangan paling penting sejak zaman dahulu.
Beras adalah tanaman pangan utama di sebagian besar nusantara, kecuali Maluku, Papua Barat, dan Madura, di mana sagu merupakan tanaman utama, dan juga di Sulawesi dan Timor, di mana selain tanaman pangan padi lainnya, seperti jagung lebih utama atau penting. Sulit untuk memperkirakan total produksi beras di Indonesia pada masa kolonial.
ADVERTISEMENT
Kedatangan VOC di Kerajaan Gowa terjadi pada masa pemerintahan Sultan Alaudin, yaitu kakek Sultan Hasanuddin. Pada saat itu, hubungan Kerajaan Gowa dengan VOC sangat baik, karena murni adanya hubungan perdagangan. Adanya persaingan antara bangsa-bangsa Eropa yaitu Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda yang ingin menguasai pasaran rempah-rempah dunia, memaksa mereka untuk mendekatkan diri pada Kerajaan Gowa.
Hal ini dikarenakan Kerajaan Gowa merupakan kerajaan terkuat dan terbesar di Indonesia Timur sebagai tempat pemasaran rempah-rempah. Ini diperoleh dengan menaklukkan daerah sekitar atau kerajaan-kerajaan kecil yang umumnya berbasis agraris. Maka Kerajaan Gowa dengan leluasa meningkatkan produksi komoditi pertanian dan rempah-rempah.
Dalam kesempatan ini, Belanda yang dipimpin Anthony Van Diemen bulan Juni 1637, mengajak berunding dengan Kerajaan Gowa agar bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis dan Spanyol tidak diperkenankan berdagang rempah-rempah di Somba Opu dengan alasan karena mereka merupakan saingan Kerajaan Gowa. Padahal yang terjadi justru sebaliknya, Belanda takut jikalau Portugis dan Inggris menguasai monopoli perdagangan rempahrempah. Tujuan mereka sama yaitu untuk memonopoli rempah-rempah.
ADVERTISEMENT
Raja Gowa menolak perundingan asal semua orang asing tidak mengganggu ketertiban dan merugikan Kerajaan Gowa. Melihat hal itu, Belanda pun mulai berbuat licik dengan cara mengundang orang-orang Gowa, tetapi pada akhirnya mereka ditawan. Rakyat Gowa sendiri tidak hanya berdiam diri dengan perlakuan Belanda tersebut, tetapi banyak perlawanan-perlawanan dari rakyat pada waktu itu. Mereka membalas VOC dengan menyerang kapal-kapal VOC yang ada di Pelabuhan Somba Opu. Maka mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara VOC dengan Kerajaan Gowa, sampai mengantarkan pada serangkaian perjanjian-perjanjian yang hasilnya lebih menguntungkan Belanda (VOC).
Adaptasi VOC terhadap sistem perdagangan Asia Tenggara melahirkan sistem transportasi maritim yang strategis. Sistem ini kental dengan metode politis yaitu dengan mengadakan perjanjian dengan berbagai penguasa lokal untuk mendapatkan kesempatan dagang. Sementara metode teknologis paling signifikan adalah kebijakan untuk mendesain kapal yang disesuaikan dengan tujuan sehingga VOC dapat aktif sepanjang tahun tanpa terbatasi oleh musim (muson).
ADVERTISEMENT
Metode militer juga menjadi nafas bagi perdagangan maritim Asia sebab kepemilikan kapal perang menjadi pengukur posisi kekuasaan. Sebagai contoh penguasa yang paling menonjol di Banda adalah Kerajaan Ternate yang memiliki armada kora-kora, sementara di Malaka, kaum Moors memiliki jumlah lancharas yang lebih dari cukup untuk menghancurkan armada asing.
Realitas di atas mengindikasikan bahwa perdagangan di Asia, pada kemudian hari dikenal sebagai age of commerce, tergolong sebagai perdagangan bersenjata (armed trading). VOC ditandai dengan volume kedatangan kapal di berbagai pelabuhan di seluruh dunia. Tercatat pada tahun 1610-1630 terdapat total 864 kunjungan di Batavia dengan volume 133.417, sementara periode setelah stabilisasi yaitu tahun 1630-1650 kunjungan meningkat dari 66% menjadi 1.442 dengan volume 242.353 last.
ADVERTISEMENT
Penguasaan terhadap aspek tertentu membutuhkan proses yang diisi dengan berbagai kebijakan yang saling berkesinambungan. VOC tidak memutuskan untuk mempersenjatai dirinya, maka perdagangan VOC di perantauan Asia akan segera gulung tikar. Karena itu, VOC menggabungkan politik, militer dan teknologi menjadi kesatuan yang sinergis untuk memperoleh tujuan ekonomi yaitu monopoli rempah di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa strategi VOC selama dua dekade di atas terorganisir dengan efektif.
Makassar dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras utama di Indonesia. Makassar ini dijadikan sebagai pusat niaga beras di Sulawesi Selatan. Adanya daya dukung agraris dan kondisi ekologis menjadikan daerah ini sebagai salah satu penghasil beras utama di Indonesia, khususnya untuk kawasan timur. Fakta historis menunjukkan bahwa, Makassar menjadi salah satu daerah pengekspor beras pada masa kolonial.
ADVERTISEMENT
Pada masa pra kolonial, VOC merupakan kongsi dagang pertama di kepulauan nusantara yang merupakan representasi dari kekuatan komersil Belanda. Pada awal kedatangannya, kawasan Asia Tenggara bukan kawasan tanpa dinamika. Penguasa-penguasa lokal mendominasi perdagangan rempah pada abad ke-18, sehingga kekuatan di luar ”sistem” tersebut tidak memiliki pilihan selain bertarung untuk mendapat kesempatan dagang.
Shipping komersil menjadi kalah penting dengan ekspedisi militer dan saling menguasai. Hal ini merupakan sebuah jalan panjang sebelum VOC dikatakan sebagai pelaku monopoli perdagangan di kepulauan nusantara.