Konten dari Pengguna

69 Mahasiswa Program PMM Tiba di Umsida

26 September 2022 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa PMM di Umsida (Dokumentasi Umsida)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa PMM di Umsida (Dokumentasi Umsida)
ADVERTISEMENT
Sejumlah 69 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi terpilih program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) belajar di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Para mahasiswa ini akan melaksanakan kegiatan belajar selama satu semester atau 4 bulan di Umsida dengan dibekali modul nusantara.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui jurnalis Umsida, Sabtu (24/9), Almaidah, salah satu mahasiswa dari Papua mengatakan, ia memilih Umsida sebagai PT tujuan karena program studi yang sesuai dengan jurusannya tersedia. Rasa ingin tahu juga mendorongnya mendaftarkan diri di program PMM.
“Yang mendorong saya itu rasa ingin tahu, saya didorong juga sama teman-teman saya. Awalnya saya ga mau ikut, cuman teman-teman saya bilang ikut aja daftar, sayang karena ini program pemerintah dan kalau lolos juga pasti banyak temannya, bisa saling sharing. Di situlah yang mendorong saya untuk mendaftar,” tutur mahasiswa Prodi Pendidikan IPA dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong.
Senada dengan itu, Ilham Rahmaddani Adhie Prayoga, mahasiswa Prodi Informatika Institut Teknologi Kalimantan sekaligus kepala suku mahasiswa PMM Umsida mengatakan, ketertarikannya mengikuti program karena ingin menambah ilmu dari kampus lain sekaligus merantau. Julukan sebagai kepala suku ini disematkan kepadanya selaku koordinator PMM mahasiswa yang belajar di Umsida
ADVERTISEMENT
“Yang mendorong rasa ingin tahu saya sih sebenarnya, saya di kampus asal juga tidak ngekos, sama orang tua. Jadinya belum tau vibes-nya ngekos itu seperti apa. Jadinya saya coba aja deh,” ungkapnya.
Saat mendaftar, ia menjadikan Umsida sebagai pilihan pertama dan mereview dunia perkuliahan di Umsida melalui YouTube. “Kebetulan pas di Umsida melihat ada liftnya, jarang gitu ada kampus yang ada liftnya, kampus saya juga masih tangga,” celotehnya.
Di samping itu, Ilham menyebut, penyesuaian SKS ini juga menjadi faktor utama mahasiswa menentukan PT tujuan. “Dari sisi lain juga, sesuai gitu SKS-nya yang ada di kampus saya dan kampus Umsida. Karena itu harus ada proses konversi yang perlu penyesuaian, biar saya mengikuti PMM juga saya secara tidak langsung mengikuti kuliah yang ada di PT asal, jadi biar tidak sia-sia karena ada matkul wajib yang diperlukan untuk minimal 140 sks di kampus saya,” ujarnya
ADVERTISEMENT
Riska Wulandari, mahasiswa asal Sumbawa yang juga memiliki keturunan Jawa, menuturkan keinginan untuk belajar sekaligus menggunakan bahasa Jawa, mendorongnya daftar Program PMM. Kata Riska, ia lebih sering menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa daerah saat berada di kampusnya.
“Akhirnya kita tertarik, wah kok kayaknya seru ya kita kuliah di tempat lain, diajak jalan-jalan, lalu mengenal budaya setempat, jadinya saya merasa harus ikut nih. Selain itu juga, kebetulan kan ada keturunan Jawa juga, karena di sana biasanya berbaur dengan orang Suku Sumbawa, Suku Sasak, jadinya penasaran gimana sih rasanya belajar sama orang-orang jawa dan saya bisa pakai bahasa Jawa saya,” papar Riska.
Sementara itu, Ilham mengimbuhkan, mahasiswa PMM diharuskan memilih PT tujuan yang berbeda pulau dengan domisilinya. Menariknya, lanjut Ilham, mahasiswa PMM nantinya juga diwajibkan mengikuti modul nusantara untuk mengenal wilayah di PT tujuan, mulai dari kebudayaan, tempat bersejarah, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Harapannya bisa mengikuti program PMM dengan baik sampai selesai, jangan ada kesalahan-kesalahan yang merugikan kampus saya juga kampus Umsida. Terus untuk teman-teman PMM juga ya bisa sama si, bisa selesai. Jangan sampai di tengah jalan itu berpikir mengundurkan diri. Jalanin ajalah yang sudah dimulai. Pasti ada masalah di tengah, cuman bisa nanti kita selesaikan bersama. Untuk Umsida, tetap dibangun saja kampusnya supaya lebih besar, karena kampus besar menandakan orang-orangnya besar juga,” tandasnya.
(Shinta Amalia Ferdaus)
*Humas Umsida