Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Desa Tanggap Sampah: Program Ember Tumpuk dan Magot Jadi Terobosan
4 Mei 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari UMY Mengabdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (11/2/2024), sebanyak 40 anggota Ranting Aisiyah JamusKauman Ngluwar mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah organik dan budidaya magot.
ADVERTISEMENT
Program pelatihan tersebut diinisiasi oleh Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang dipimpin oleh Ir. Edi Hartono, bekerja sama dengan Guwosari Training Center (GSTC) Bantul.
Menurut Edi, Pelatihan ini dilakukan mengingat banyaknya sampah organik dimasyarakat yang belum dikelola dengan maksimal. "Sampah apapun termasuk sampah organik sisa rumah tangga dapat bernilai jika dikelola dengan tepat. Selain dapat memberikan tambahan penghasilan, sampah yang dikelola dengan baik akan berdampak baik pada kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat.” kata Edi.
Pelatihan ini bertempat di serambi dan halaman Masjid Al-Furqon Dusun Kadirojo, JamusKauman, Ngluwar. Peserta yang hadir mengisi presensi kehadiran dan kuisioner tentang pengetahuan pengelolaan sampah organik menggunakan komposter ember tumpuk. Adapun acara diawali dengan sambutan & presentasi pengenalan sampah secara umum oleh Edi selaku ketua Tim Pengabdian. Presentasi sesi berikutnya oleh narasumber dari Guwosari Training Center (GSTC) tentang teknis pengelolaan sampah organik dengan ember tumpuk. “Sampah organik yang dikelola dengan ember tumpuk mengunakan magot ini mempunyai kelebihan yaitu magot bisa dipanen dan dijual serta menghasilkan kompos cair sangat baik untuk tanaman” terang Neni dari GSTC. Lebih lanjut Neni mengungkapkan bahwa magot dari lalat BSF ini kaya protein sehingga baik sekali sebagai pakan ternak, ikan dll.
Salah satu peserta, Slamet, mengatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi ibu-ibu dalam mengelola sampah sisa rumah tangga. Ibu-ibu menjadi tahu bagaimana memanfaatkan limbah sisa makanan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. "Kelebihan sistem ember tumpuk ini menggunakan magot sebagai pengurai sisa makanan dibandingkan dengan pengurai kimia adalah kita dapat panen 2 hal yaitu kompos dan magot,” ujar Slamet.
ADVERTISEMENT
Selain anggota Aisiyah, dalam pelatihan ini juga dihadiri takmir masjid Al-Furqon. Zuhri Ashari selaku ketua Takmir mengatakan “kegiatan ini sangat bermanfaat dan sejalan dengan program Desa dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mendorong masyarakat agar peduli dalam pengelolaan sampah”.
Pada kesempatan ini, Tim pengabdian masyarakat membagikan satu set ember tumpuk siap pakai kepada 40 peserta anggota Ranting Aisiyah JamusKauman yang mengikuti pelatihan. Agar dapat langsung dipraktekkan, maka dibagikan juga bibit magot kepada seluruh peserta. Tim pengabdian masyarakat dari UMY berharap agar peserta dapat mempraktekkan pengolahan sampah organik dikeluarga masing-masing secara berkelanjutan. "Pendampingan dan evaluasi terhadap kegiatan ini akan dilakukan hingga beberapa bulan selanjutnya dan jika berjalan akan ditindaklanjuti dengan mengupayakan penjualan bersama panenan magot” Ujar Edi menutup perbincangan
ADVERTISEMENT