Antropologi Budaya: Mengenal Suku Osing Banyuwangi

unik pajarwati
Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Jember
Konten dari Pengguna
23 April 2022 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari unik pajarwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
sumber: shutterstock
ADVERTISEMENT
Banyuwangi adalah kabupaten terluas yang ada di Jawa Timur. Banyuwangi juga merupakan kabupaten yang kaya akan sumber daya alam. Beragam jenis wisata alam bisa ditemui seperti pantai, Kawasan hutan dengan berbagai habitat flora dan fauna, dataran tinggi. Masyarakat yang mendiami tidak hanya satu suku saja melainkan terdapat beberapa seperti Suku Madura, Suku Jawa, dan Suku Osing sehingga tak heran membuat Banyuwangi ini memiliki banyak keragaman budaya. Meskipun bukanlah suku mayoritas masyarakat Banyuwangi, tetapi suku Osing adalah suku asli Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit saat terjadi perang saudara, masyarakat Majapahit pergi menyelamatkan diri. Mereka tersebar ke berbagai wilayah seperti di Lereng Gunung Bromo atau sekarang dikenal dengan suku Tengger, kemudian Blambangan yang dikenal dengan suku Osing dan Bali. Suku osing sering disebut sebagai Laros atau Lare Osing, osing sendiri memiliki arti “Tidak”. Konon julukan osing ini didapat dari rasa frustasi orang Belanda yang gagal membujuk masyarakat Blambangan untuk bekerja sama.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa Osing yang merupakan turunan dari jawa kuno dan dipengaruhi sedikit bahasa Bali. Dalam bahasa Osing yang menjadi ciri khas jika ada akhiran “i” menjadi “ai”, akhiran “u”menjadi “au”. Suku ini tersebar di beberapa kecamatan di Banyuwangi yakni Kecamatan Rogojampi, Sempu, Kemiren, dan Glagah. Namun mayoritas terdapat di desa kemiren, karena wilayah yang ditempati termasuk wilayah dataran tinggi mata pencarian suku ini adalah bertani dan berkebun, namun tak sedikit juga yang berdagang dan lain sebagainya. Suku Osing terkenal dengan budaya dan adat yang kental hingga sampai saat ini masih dipertahankan. Seperti :
ADVERTISEMENT
Otek Gedogan adalah salah satu seni musik tradisional khas suku osing. Alat yang dipakai ialah lumpang yang sudah tidak terpakai, biasanya dilakukan oleh perkumpulan ibu-ibu yang menumbuk hasil bumi seperti beras. Suara yang dihasilkan dari alat penumbuk menghasilkan suara yang memiliki tempo teratur sehingga mengeluarkan nada yang enak di dengar.
2. Barong Ider Bumi
Tujuan dari Barong Ider Bumi adalah tolak balak. Biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali, yaitu setiap tanggal dua bulan syawal. Bentuk tradisi ini ialah warga membentuk grup barongan yang berkeliling dari arah timur ke barat layaknya arak-arakan karnaval. Ditengah arak-arakan biasanya warga melempari uang koin yang dipercaya untuk tolak balak yang datang ke wilayah mereka.
ADVERTISEMENT