Sejarah Maritim: Pelayaran Kapal-Kapal Eropa Abad Ke-16 di Kepulauan Maluku

unik pajarwati
Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Jember
Konten dari Pengguna
7 November 2022 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari unik pajarwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT

Jalur Pelayaran Kapal Spanyol

Pada tahun 1521, orang-orang Spanyol yang telah berada di Manila menculik beberapa perahu masyarakat lokal untuk mengantarkan mereka dari Filipina menuju Maluku (Lapian, 2017). Mereka disambut secara langsung oleh Sultan Tidore saat itu yang menghampiri mereka ke kapalnya. Dari sini Spanyol mendapat muatan kecil rempah-rempah dan kembali ke Spanyol. Pada tahun-tahun berikutnya, ekspedisi Spanyol ke Kepulauan Maluku selalu gagal. Hingga efek Perjanjian Zaragosa pada tahun 1529 mengharuskan mereka untuk tidak lagi memasuki wilayah Kepulauan Maluku. Setelah itu Spanyol memutuskan untuk membangun koloninya di Filipina pada tahun 1564. Barulah pada tahun 1580 Spanyol kembali lagi ke Maluku karena telah bersekutu dengan Portugis yang telah diusir dari Ternate pada tahun 1575. Spanyol dengan bantuan Portugis dan Kesultanan Tidore dapat melemahkan Kesultanan Ternate dan bertahan di wilayah ini hingga tahun 1663. Karena bukti kehadiran Spanyol di Kepulauan Maluku bagian selatan belum pernah ditemukan, diduga jalur pelayaran kapal-kapal Spanyol memang hanya melewati perairan bagian utara Maluku yang lebih dekat dengan Filipina yang saat itu menjadi pusat pemerintahan koloni Spanyol.
ADVERTISEMENT

Jalur Pelayaran Kapal Belanda

Kapal-kapal Belanda pertama kali tiba di Hitu, Pulau Ambon pada tahun 1599. Setelah itu mereka ke Ternate untuk membantu Kesultanan Ternate mengusir Spanyol dari Maluku pada awal abad ke17. Spanyol yang kemudian meninggalkan Maluku pada tahun 1663, membuat kontrak politik Belanda dan Kesultanan Ternate semakin erat. Belanda kemudian ikut pula mengatur pemerintahan Kesultanan Ternate berikut dengan seluruh wilayah kekuasaannya di Kepulauan Maluku bagian selatan seperti Buru, Ambon, Haruku, Saparua, Nusa Laut, dan Banda Neira. Diduga jalur pelayaran kapal-kapal Belanda saat itu terus menerus melalui perairan selatan Kepulauan Maluku. Ditambah lagi mereka juga telah menguasai hampir seluruh pelabuhan-pelabuhan di utara Pulau Jawa pada abad ke-17 (Lapian, 2017).

Jalur Pelayaran Kapal Portugis

Diduga bahwa kapal-kapal Portugis yang berangkat dari Malaka menuju ke Maluku pada tahun 1512 telah menyewa orang-orang lokal sebagai penunjuk arah pelayaran (Lapian, 2017). Kapal-kapal mereka dari Malaka melalui Gresik menuju ke Pulau Buru, Ambon, hingga ujung timur Pulau Seram, dari sini lalu menuju ke selatan ke arah Kepulauan Banda. Dari Banda, mereka membeli bermacam rempah dan berlayar kembali pulang. Namun kapal mereka diterjang badai dan tenggelam di perairan sekitar Ambon. Para nelayan lokal menolong mereka dan membawa orang-orang Portugis itu ke perkampungan para nelayan lokal di Nusa Telu (Asilulu sekarang, di pesisir utara Pulau Ambon dekat Hitu). Keberadaan orang Portugis di Ambon ini kemudian dilaporkan kepada Sultan Ternate yang kemudian mengirim utusannya untuk menjemput orang-orang Portugis tersebut ke Ternate (Andaya, 2015). Diduga, pada tahun-tahun ini, kapalkapal Portugis menggunakan jalur selatan untuk keluar masuk di wilayah Kepulauan Maluku. Namun, setelah hubungan baiknya terjalin dengan Kesultanan Ternate, dan datangnya kapal-kapal Spanyol dari utara pada tahun 1521, kapal-kapal Portugis kemudian memilih jalur pelayaran di wilayah utara melewati perairan selatan Mindanao, Minahasa, dan perairan utara Pulau Kalimantan (Lapian, 2017).
ADVERTISEMENT
Referensi: