Konten dari Pengguna

Menggali Peran Komunikasi dalam Digital Parenting untuk Generasi Digital

Revi Marta
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas
24 September 2024 11:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Revi Marta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Digital Parenting, sumber : Freepik.com/stories
zoom-in-whitePerbesar
Digital Parenting, sumber : Freepik.com/stories
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Digital parenting merupakan fenomena yang semakin relevan dalam era teknologi yang serba cepat ini. Dalam perspektif komunikasi, digital parenting bukan sekadar tentang bagaimana orang tua mengontrol penggunaan perangkat digital oleh anak-anak mereka, tetapi lebih dari itu, ini adalah tentang membangun pola komunikasi yang sehat, transparan, dan berkelanjutan dalam dunia yang terus berkembang dengan informasi. Di era digital, orang tua tidak hanya berperan sebagai pelindung, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing yang membantu anak-anak memahami dunia digital dengan bijak.
ADVERTISEMENT
Komunikasi antara orang tua dan anak dalam konteks digital parenting memainkan peran kunci dalam membentuk perilaku dan pola pikir anak. Teknologi digital menghadirkan tantangan baru yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya. Di satu sisi, teknologi memberikan akses yang tidak terbatas pada informasi, hiburan, dan interaksi sosial, tetapi di sisi lain, teknologi juga membuka pintu bagi potensi risiko seperti cyberbullying, kecanduan gadget, dan paparan konten yang tidak pantas. Dalam situasi ini, kemampuan orang tua untuk berkomunikasi secara efektif menjadi hal yang sangat penting.
Digital parenting dalam kajian komunikasi juga menyentuh bagaimana orang tua berperan sebagai komunikator utama dalam kehidupan anak-anak mereka. Orang tua dituntut untuk memahami bagaimana pesan-pesan digital, baik yang disampaikan melalui media sosial, aplikasi, atau konten online lainnya, dapat mempengaruhi anak. Pemahaman ini akan membantu orang tua dalam menciptakan strategi komunikasi yang tidak hanya berfokus pada pengendalian, tetapi juga pada pendampingan dan edukasi. Dengan komunikasi yang terbuka, anak-anak dapat diajak berdiskusi tentang risiko dan manfaat teknologi, sehingga mereka merasa dilibatkan dan dihargai.
ADVERTISEMENT
Pendekatan komunikasi dalam digital parenting harus berbasis pada empati dan kepercayaan. Ketika orang tua hanya berperan sebagai pengontrol, hubungan yang terbangun cenderung kaku dan penuh dengan ketegangan. Sebaliknya, ketika orang tua mengedepankan dialog yang terbuka, mendengarkan, dan menghargai perspektif anak, hubungan yang terjalin akan lebih kuat dan positif. Pola komunikasi yang baik memungkinkan anak untuk merasa nyaman berbicara tentang apa yang mereka lihat dan alami di dunia digital, termasuk hal-hal yang mungkin mereka anggap sebagai masalah.
Peran Orang Tua dalam Digital Parenting, Sumber :Freepik.com/stories
Namun, tantangan yang sering dihadapi orang tua adalah bagaimana menyeimbangkan peran mereka sebagai pelindung dan pembimbing tanpa membuat anak merasa diawasi berlebihan. Disinilah pentingnya pendekatan komunikasi yang adaptif. Orang tua perlu menyesuaikan cara mereka berkomunikasi sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak. Misalnya, pendekatan yang digunakan kepada anak remaja tentu berbeda dengan anak usia dini. Pada anak remaja, yang sudah mulai mengembangkan identitas diri dan kemandirian, komunikasi yang lebih bersifat dialogis dan partisipatif akan lebih efektif. Sementara pada anak yang lebih kecil, komunikasi yang lebih langsung dan instruksional mungkin diperlukan, namun tetap dengan pendekatan yang ramah dan mendidik.
ADVERTISEMENT
Di era digital ini, literasi media juga menjadi bagian penting dari digital parenting. Literasi media bukan hanya soal kemampuan memahami konten, tetapi juga tentang bagaimana orang tua dan anak bisa kritis terhadap informasi yang mereka terima. Orang tua dapat menjadi model bagi anak dalam mengonsumsi konten digital dengan bijak. Melalui komunikasi yang berkelanjutan, orang tua dapat membimbing anak untuk mengenali hoaks, memahami pentingnya menjaga privasi, dan menghindari interaksi negatif di media sosial. Literasi media yang baik memungkinkan anak-anak untuk menjadi pengguna teknologi yang lebih cerdas dan bijaksana.
Selain itu, digital parenting dalam perspektif komunikasi juga harus mempertimbangkan pengaruh budaya digital terhadap perkembangan identitas anak. Budaya digital, yang penuh dengan norma, nilai, dan tren, dapat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Misalnya, fenomena influencer di media sosial dapat membentuk standar kecantikan, gaya hidup, dan perilaku yang diadopsi anak. Dalam situasi ini, komunikasi orang tua berfungsi sebagai panduan yang membantu anak memilah mana yang baik dan relevan bagi mereka. Melalui percakapan yang terbuka tentang apa yang mereka lihat di media sosial, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kesadaran diri yang lebih sehat dan kritis.
ADVERTISEMENT
Komunikasi yang efektif dalam digital parenting juga menuntut orang tua untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Menjadi orang tua di era digital berarti tidak hanya mengandalkan insting atau pengalaman masa lalu, tetapi juga siap untuk belajar hal-hal baru. Mengikuti perkembangan aplikasi terbaru, tren media sosial, dan isu-isu keamanan digital adalah bagian dari upaya untuk tetap relevan sebagai pendamping anak dalam dunia digital. Ketika orang tua memahami dan akrab dengan dunia digital yang sama dengan anak-anak mereka, mereka akan lebih mudah membangun komunikasi yang sejajar dan saling mengisi.
Digital parenting dalam kajian komunikasi adalah tentang bagaimana orang tua dan anak dapat menjalin hubungan yang harmonis di tengah derasnya arus informasi digital. Dengan komunikasi yang tepat, orang tua tidak hanya bisa membimbing anak melalui tantangan dunia digital, tetapi juga membangun fondasi yang kuat bagi hubungan yang lebih sehat dan mendalam. Dunia digital mungkin penuh dengan risiko, tetapi dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan berbasis empati, orang tua dan anak dapat menjelajahi dunia tersebut dengan lebih bijaksana dan percaya diri.
ADVERTISEMENT