Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Fariz Promosikan Budaya Indonesia di Korea Lewat AIMS
31 Oktober 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kegiatan saya di sini, yang pasti kuliah, untuk mempromosikan budaya Indonesia. Sesuai juga dengan program ASEAN International Mobility Students (AIMS), kebanyakan aktivitasnya tentang belajar dan merasakan budaya di sini seperti apa. Cara saya mengatasi kendala dalam bahasa Korea yakni mengandalkan aplikasi Papago karena tidak semua orang Korea bisa berbahasa Inggris,” kata Fariz.
ADVERTISEMENT
Fariz Noval Fauzi, merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang berhasil menjadi salah satu penerima program AIMS dan ditempatkan di University of Foreign Studies Korea Selatan. Ada banyak sekali pengalaman baru dan sangat berharga yang ia dapatkan dalam studinya tersebut.
“Suasana belajar di sini tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Misalnya pakaian, pastinya harus rapi dan sopan. Namun karena Korea mempunyai musim yang lebih beragam, semua juga disesuaikan dengan cuaca. Misalnya saat musim panas, mahasiswa diperbolehkan memakai celana pendek. Saat kuliah, mahasiswa tidak boleh memegang ponsel, nanti dosennya bisa marah,” ungkapnya.
Ada banyak hal juga yang membuatnya mengalami culture shock selama di Korea Selatan. Apalagi kalau bukan terkait teknologi yang supercanggih. Fariz sempat kaget saat tiba di bandara lalu ada temannya yang sakit, langsung ada notifikasi di ponsel. Notifikasi lainnya seperti orang hilang, kecelakaan, dan barang hilang. Semua itu muncul di ponsel.
ADVERTISEMENT
“Awalnya, saya sempat takut karena pernah dengar orang di sini cukup rasis, tetapi pas datang secara langsung semua pikiran negatif itu hilang. Mereka baik dan banyak membantu saya ketika mengalami kesulitan.”
Sebagai penutup wawancara Fariz memberikan semangat, “Buat teman-teman yang ingin mencoba program internasional, jangan takut bermimpi dan jangan pernah lelah untuk berdoa siapa tahu salah satu doa dan impian kita bisa tercapai dalam waktu dekat. Saya juga tidak pernah berpikir akan ada di negara impian banyak orang seperti sekarang.” (Rini)