Konten dari Pengguna

GCC UAD Kampanyekan Isu Lingkungan dan Pengelolaan Sampah di P2K 2024

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
16 September 2024 20:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Green Campus Community (GCC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Program Pengenalan Kampus (P2K) 2024 (Dok. Irvan)
zoom-in-whitePerbesar
Green Campus Community (GCC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Program Pengenalan Kampus (P2K) 2024 (Dok. Irvan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam rangka Program Pengenalan Kampus (P2K) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tahun ini, Green Campus Community (GCC) memainkan peran krusial dalam mengampanyekan isu-isu lingkungan dan pengelolaan sampah. Dengan fokus utama pada pemilahan sampah dan distribusi hasil sampah, GCC berupaya meningkatkan kesadaran mahasiswa baru mengenai pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
ADVERTISEMENT
Ketua GCC UAD, Difa Mahendra, menyampaikan bahwa ada dua fokus utama dari peran GCC dalam agenda P2K UAD 2024 yaitu kampanye pemilahan sampah kepada mahasiswa baru dan pendistribusian hasil sampah.
“Fokus utama GCC dalam P2K tahun ini pertama soal kampanye pemilahan sampah. Yogyakarta saat ini menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah, dengan status darurat yang disebabkan oleh sampah yang tidak terpilah dengan baik. Bau menyengat yang sering kali terjadi adalah indikasi dari masalah ini,” ujarnya.
Melalui kampanye media yang mencakup penyebaran informasi lewat poster, pamflet, dan media sosial, serta dengan melakukan pendekatan secara langsung kepada mahasiswa baru. GCC berupaya mengedukasi mereka tentang pentingnya pemilahan sampah dan cara melakukannya dengan benar.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan ini, GCC tidak hanya menyebarkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah, tetapi juga menginspirasi tindakan nyata yang mendukung keberlanjutan di lingkungan kampus. “Kami mengampanyekan dimulai dari hal yang sederhana, dalam membuang sisa makanan misalnya. Edukasi mengenai cara memisahkan sampah organik dan anorganik. Dengan pengetahuan ini, mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan masalah sampah di Kota Yogyakarta dan di lingkungan kampus.
“Responsnya sangat positif. Banyak mahasiswa baru yang antusias dan bersemangat untuk terlibat. Kami sering mendapatkan umpan balik yang menunjukkan bahwa mereka merasa lebih sadar akan isu-isu lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pendekatan kami cukup efektif,” lanjutnya.
Setelah pemilahan, GCC juga mengelola distribusi hasil sampah yang telah dipilah kepada mitra-mitra mereka. Sampah yang telah dipilah dikumpulkan dan disalurkan kepada berbagai mitra, seperti lembaga daur ulang dan organisasi amal.
ADVERTISEMENT
“Pendistribusian hasil sampah ini poin penting selanjutnya, selain dimanfaatkan untuk proses daur ulang, akan ada sampah yang didistribusikan kepada mitra-mitra kami. Hasilnya akan kami gunakan untuk kegiatan amal,” jelas Difa.
GCC bekerja sama dengan mitra untuk memastikan bahwa hasil sampah yang telah diproses dapat digunakan untuk mendukung berbagai program sosial. Hal ini termasuk penyediaan bahan baku untuk proyek-proyek kreatif atau pembuatan barang-barang yang dapat dijual untuk tujuan amal. Dengan cara ini, GCC tidak hanya mengatasi masalah sampah tetapi juga memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui kegiatan amal.
Tidak hanya itu, Difa juga menyampaikan mengenai komitmen kampus dan harapan mengenai keberlanjutan terhadap isu lingkungan. Keterlibatan GCC UAD dalam P2K dengan fokus pada pemilahan dan distribusi sampah menunjukkan komitmen nyata kampus terhadap tanggung jawab sosial. Melalui kampanye edukasi dan inisiatif sosial, GCC berupaya menciptakan kesadaran dan tindakan konkret di kalangan mahasiswa baru, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pengelolaan sampah yang lebih baik di Yogyakarta dan mendukung program-program amal yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
“Harapan kami semoga mahasiswa baru tidak hanya memahami pentingnya keberlanjutan, tetapi juga termotivasi untuk menjadi agen perubahan di kampus. Kami ingin mereka mulai memikirkan cara-cara untuk mengintegrasikan praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mereka,” ungkap Difa. (can)