Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Hikmah dan Amal Syukur dalam Perspektif Islam
5 Maret 2025 10:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kajian Ahad Pagi berlangsung dengan penuh antusias di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Minggu, 2 Februari 2025. Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. hadir menyampaikan materi berharga bertajuk “Abdan Syakuro dalam Al-Qur’an”. Tema ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya bersyukur dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk jamaah yang menghadiri kajian, yakni sedang bersyukur. Istilah abdan syakuro sendiri bermakna hamba yang bersyukur, yaitu seseorang yang selalu mengingat dan mengapresiasi nikmat Allah dengan hati, lisan, dan perbuatan. Kehadiran jamaah dalam majelis ilmu tersebut pun merupakan salah satu bentuk rasa syukur, karena menuntut ilmu adalah ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Ustaz Budi mengutip pandangan ulama terkait makna syukur. Menurut Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, syukur merupakan wujud nyata rasa terima kasih kepada Allah yang dapat dilakukan melalui perkataan maupun perbuatan. Sementara itu, dari KH. Suprapto Ibnu Juraimi bentuk syukur sejati adalah menggunakan segala nikmat yang telah diberikan Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Seorang muslim yang bersyukur tidak hanya sekadar mengucapkan alhamdulillah, tetapi juga menjadikan setiap nikmat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal kebajikan dan menghindari perbuatan yang dilarang.
Melalui kajian tersebut, Ustaz Budi juga mengupas tafsir dari Ibnu Katsir mengenai Surah Al-Isra, yang menekankan bahwa ayat tersebut mengingatkan manusia agar selalu mengenang nikmat dan karunia Allah. Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan keturunan Nabi Nuh untuk meneladani nenek moyang mereka yang selamat dalam bahtera karena ketaatan dan kesyukurannya. Ini menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa bersyukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi harus diimplementasikan dalam tindakan nyata. Nabi Nuh as., mendapatkan gelar abdan syakuro, karena kebiasaannya yang senantiasa mengingat Allah dalam berbagai keadaan. Hal itu menunjukkan bahwa syukur bukan sekadar perasaan sesaat, melainkan sebuah kebiasaan yang harus tertanam dalam diri seorang mukmin.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana cara menjadi abdan syakuro dalam kehidupan sehari-hari? Ustaz Budi menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang bisa dilakukan setiap muslim untuk menumbuhkan sifat syukur. Pertama, selalu mengucapkan hamdalah atas setiap nikmat, sekecil apa pun itu. Kedua, menjalankan ibadah wajib dengan penuh kesungguhan, karena ibadah adalah bentuk pengabdian kepada Allah sebagai wujud rasa terima kasih atas nikmat yang diberikan. Ketiga, mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, karena kepatuhan adalah salah satu bentuk syukur yang paling utama. Keempat, senantiasa meningkatkan amal kebaikan, baik dalam bentuk ibadah, sedekah, maupun membantu sesama. Dengan menjalankan keempat langkah ini, seorang muslim akan lebih dekat dengan Allah dan memperoleh keberkahan dalam hidupnya.
Kajian Ahad Pagi ini menjadi pengingat berharga bagi para jamaah bahwa rasa syukur harus selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadi abdan syakuro, seseorang tidak hanya akan memperoleh ketenangan hati, tetapi juga mendapatkan rahmat dan rida Allah. Sebagai umat Islam, kita diajak untuk senantiasa meneladani Nabi Nuh dan para hamba yang bersyukur, agar hidup semakin bermakna dan penuh keberkahan. (Lin)
ADVERTISEMENT