Konten dari Pengguna

Kaligrafi dan Prestasi

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
16 April 2022 9:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kaligrafi tidak terlepas dari keindahan, tetapi ada satu hal yang ditinggalkan oleh umat Islam yakni hasil karya kaligrafi bisa ditampilkan di dalam rumah dan menjaga rumah tersebut dengan ayat suci Al-Qur’an,” ucap Anggy Aulia, mahasiswa Ilmu Hadis Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat menjadi narasumber dalam acara FAI Talk, Kamis, 14 April 2022. Selain kesibukan sebagai mahasiswa, Anggy, begitu ia kerap disapa, juga mengajar kaligrafi di beberapa pondok pesantren. Dengan latar belakang ketertarikan terhadap kaligrafi, ia mulai mempelajari ilmu kaligrafi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.
Karya lukisan kaligrafi Anggy Aulia mahasiswa FAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Raihan)
zoom-in-whitePerbesar
Karya lukisan kaligrafi Anggy Aulia mahasiswa FAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Raihan)
Ia menjelaskan, dari pendapat mayoritas guru kaligrafi, seorang yang menekuni kaligrafi disebut juga sebagai hafiz Qur’an yang tidak terlihat. Hafiz Qur’an bukan hanya untuk orang yang menghafal, karena sejatinya arti dari istilah tersebut adalah para penulis-penulis Qur’an. Bahkan pada masa Rasulullah, para hafiz Qur’an dijaga dengan ketat tetapi akhirnya penjaga mengalami kepunahan atau wafat.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana ayat suci Al-Qur’an itu sampai kepada kita? Jika tidak ada hafiz Qur’an maka ayat suci Al-Qur’an itu tidak mampu terbaca sampai saat ini,” ucap Anggy.
Begitulah ketertarikan Anggy terhadap kaligrafi. Mengawali kemampuannya sebagai kaligrafer, ia mengikuti lomba kaligrafi tingkat provinsi yang diadakan UAD. Saat itu ia masih menjadi mahasiswa baru. Sayangnya ia gagal percobaan pertama itu. Di kesempatan lain, Anggy tidak putus harapan, Bimawa UAD menggelar perlombaan Musabaqah Tilawati Qur’an (MTQ) tingkat kampus yang berhasil membawanya mendapatkan gelar juara kaligrafi.
Lebih lanjut ia memaparkan, ilmu kaligrafi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari ketelitian secara detail. Sebagai contoh huruf alif memiliki cara penulisan yang sangat detail. Ukuran dalam huruf alif harus lima titik dalam khat notasi ilmu kaligrafi. Dengan pemahaman yang singkat, menulis kaligrafi merupakan bentuk literatur sedangkan membaca kaligrafi merupakan bentuk irama lagu yang elok didengar.
ADVERTISEMENT
“Mempelajari ilmu kaligrafi membutuhkan waktu yang cukup lama. Ini disebabkan bahasa Arab merupakan bahasa terindah yang bisa ditampilkan dengan berbagai macam versi. Ilmu kaligrafi tidak hanya tentang menulis ayat Al-Qur’an yang dibuat dengan menampilkan unsur keindahan tetapi juga mencakup bacaan ayat suci Al-Qur’an yang juga dibuat dengan suara yang indah didengar,” jelasnya.
Dalam menulis kaligrafi terdapat cara membuat ornamen-ornamen yang digunakan untuk memperindah karya, salah satunya dengan melakukan kunjungan ke daerah-daerah yang memiliki banyak hiasan di rumah seperti rumah adat yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, kaligrafi memiliki empat golongan yakni dekorasi, mushaf, kontemporer, dan naskah.
“Empat golongan dalam melukis kaligrafi memiliki fungsi dalam menyusun tema kaligrafi. Di Indonesia, hiasan mushaf merupakan hiasan yang digunakan dalam Al-Qur’an yakni terletak di antara surah Al-Faatihah dan surah Al-Baqarah. Melukis kaligrafi juga tidak hanya sekadar melukis saja tetapi memiliki mazhab yang harus dipahami bagi kaligrafer yakni Mazhab Hasyim dan Mazhab Syauqi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Adapun tips yang diberikan Anggy terkait menjadi mahasiswa yang dapat membagi waktu antara kuliah dengan mengikuti perlombaan, yakni mampu memimpin diri sendiri dengan bijak. Memanajemen waktu dengan baik dan memilah waktu kegiatan merupakan cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas diri secara mendalam. Ingat selalu tujuan dan misi dalam melakukan perkuliahan, mengetahui kelemahan dan antisipasi yang harus dilakukan terhadap diri sendiri, serta menyadari kemampuan dan kapasitas diri sendiri terhadap kegiatan yang dijalani.
“Kuliah merupakan salah satu momen bagi mahasiswa untuk berkembang sebagaimana mestinya. Namun dalam memanfaatkan momen untuk berkembang, mahasiswa dituntut untuk bisa mengetahui kegiatan yang dapat memaksimalkan waktu untuk bisa berkembang atau tidak. Setiap mahasiswa harus bisa memilih terhadap salah satu bidang tertentu untuk kehidupan di dunia ini tidak hanya secara kuantitas tetapi secara kualitas yang banyak dicari oleh orang lain.” (rai)
ADVERTISEMENT