Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Keistimewaan Hari Jumat: Momentum Introspeksi dan Mendekatkan Diri kepada Allah
18 Januari 2025 12:41 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keutamaan hari Jumat sering juga disebut sebagai sayyidul ayyam (penghulu segala hari). Mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik hari adalah hari yang terbit matahari padanya, yaitu hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan darinya. Tidaklah terjadi Hari Kiamat kecuali pada hari Jumat.” (HR Muslim, Ahmad, Tirmidzi, dan Nasa’i).
ADVERTISEMENT
Hari Jumat memiliki banyak kemuliaan dan keistimewaan, di antaranya sebagai hari penciptaan Nabi Adam, hari ia dimasukkan ke dalam surga, hingga hari kiamat yang akan terjadi pada hari tersebut. Hari Jumat menjadi waktu yang tepat untuk merenungi tujuan hidup manusia, sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah Surah Adz-Dzariyat ayat 56, yang artinya “Tidakkah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan adalah untuk beribadah kepada-Ku.”
Selain itu, di dalam Surah Al-An’am ayat 162, menegaskan bahwa seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari salat, ibadah, kehidupan, hingga kematian, haruslah dilakukan sepenuhnya kepada Allah, Tuhan semesta alam. “Hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, tetapi pada saat yang sama, ia juga harus menjalani kehidupan dengan kesadaran bahwa dunia hanyalah tempat ujian untuk bekal akhirat,” terang Arif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam hidup ini, sudah pasti seorang mukmin akan selalu menghadapi dua jenis ujian, baik itu dari perkara yang buruk dan perkara yang baik. Rasulullah saw. pernah menyatakan bahwa seluruh perkara yang dialami seorang Muslim itu sejatinya adalah baik. Ketika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, dan ketika ditimpa kesulitan, ia bersabar, keduanya adalah bentuk kebaikan.
Ujian kehidupan, seperti kesedihan, penderitaan, rasa sakit, hingga kekhawatiran, dijadikan oleh Allah sebagai penebus dosa-dosa hamba-Nya. “Allah menguji manusia dengan berbagai bentuk cobaan, dan jika manusia bersabar, ujian itu menjadi sarana penyucian dosa. Bahkan, jika Allah mencabut nyawa seorang hamba dalam keadaan bersabar, maka ia akan kembali kepada Allah dalam keadaan bersih,” jelasnya.
Oleh karena itu, manusia hendaknya senantiasa bermuhasabah, memohon kesabaran, ketabahan, dan keteguhan iman untuk selalu menerima kebenaran. Seorang hamba hendaknya mempersiapkan diri untuk kembali kepada Allah dalam keadaan terbaik. Hari Jumat yang penuh kemuliaan ini diharapkan menjadi pengingat bagi setiap muslim untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik demi meraih rida-Nya.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan pada Khutbah Jumat 17 Januari 2025 di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan khatib Ust. Akhmad Arif Rif’an, S.H.I., M.S.I., selaku Majelis Tablig Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (Lus)