Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kupas Peran Akal dalam Islam
12 Maret 2025 9:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar kajian menjelang berbuka dengan tema “Konsep Akal dalam Islam” pada 2 Maret 2025, yang disampaikan oleh Ustaz M. Ridha Basri, S.Th.I., M.Ag. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat yang antusias mengikuti kajian.
ADVERTISEMENT
Dalam ceramahnya, Ustaz Ridha menyampaikan bahwa konsep akal dalam Islam memiliki keterkaitan erat dengan iman. Mengutip pandangan Buya Hamka, Ustaz Ridha menjelaskan, dalam diri manusia terdapat tiga kekuatan utama. Daya akal, yang memungkinkan manusia membedakan antara benar dan salah. Kekuatan amarah, yang dapat membawa seseorang pada kemenangan, tetapi juga berpotensi menumbuhkan kesombongan. Kekuatan syahwat, yang mendorong manusia untuk terus memenuhi keinginan, tetapi dapat membuat seseorang lalai.
Dari kajian ini, terdapat beberapa poin penting yang dapat diambil. Akal berperan dalam mengendalikan hawa nafsu agar manusia tidak kehilangan kendali. Seperti dalam Al-Qur’an, kata “akal” disebutkan sekitar 48 kali, salah satunya dalam Surah Al-Hadid ayat 17, yang mengaitkan akal dengan keimanan. Akal juga sering dikaitkan dengan kehidupan akhirat, mengingatkan manusia akan konsekuensi dari perbuatannya. Akal memiliki hubungan erat dengan ibadah, khususnya salat, yang membutuhkan pemahaman dan kesadaran.
ADVERTISEMENT
Tak ketinggalan, Ustaz Ridha juga mengingatkan bahwa dalam kehidupan, tidak semua hal dapat diselesaikan dengan akal semata. Terkadang, manusia perlu menggunakan hati dalam menimbang sesuatu, seperti dalam menentukan yang baik dan buruk, serta yang tepat atau tidak. Akal lebih sering mempertimbangkan aspek logis seperti untung rugi dan kesulitan-mudahnya suatu hal, sementara hati lebih berperan dalam aspek rasa dan moral.
Kajian tersebut berlangsung dengan penuh khidmat hingga menjelang waktu berbuka puasa. Dengan adanya kajian ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya keseimbangan antara akal dan hati dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Semoga Allah Swt. senantiasa meridai setiap usaha dalam menuntut ilmu dan meningkatkan ketakwaan kepada-Nya. (Lus)