Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Muhammadiyah Bersinergi Cegah Diskriminasi di Sekolah
27 Desember 2024 10:28 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pusat Studi dan Layanan Difabel (PSLD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta menggelar forum group discussion (FGD) bertema “Pendidikan Inklusi: Solusi Mencegah Diskriminasi” pada 18 Desember 2024. Acara ini berlangsung di Educator Hall Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD dan dihadiri oleh kepala sekolah, guru-guru sekolah Muhammadiyah, serta berbagai pemangku kepentingan seperti Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta, Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, serta Unit Layanan Disabilitas (ULD) Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut bertujuan untuk membahas langkah konkret dalam menciptakan pendidikan inklusi yang berkualitas di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dalam diskusi ini, tiga narasumber utama berbagi pandangan. Dr. Muya Barida, S.Pd., M.Pd., dari PSLD UAD menekankan pentingnya peran Muhammadiyah dalam menyediakan pendidikan yang ramah bagi semua siswa, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ia juga menyoroti pentingnya lingkungan sekolah yang setara dan mendukung.
Sementara itu, Drs. Aris Widodo, M.Pd. selaku Kepala ULD Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Yogyakarta, menggarisbawahi perlunya sinergi antara sekolah Muhammadiyah dan pemerintah daerah dalam pengadaan fasilitas, pelatihan guru, dan kebijakan inklusi. Fathur Rahman, S.Pd., M.Si. yakni Sekretaris Majelis Dikdasmen-PNF PWM DIY, menambahkan bahwa pendidikan inklusi merupakan tanggung jawab bersama semua pihak, bukan hanya guru atau sekolah.
ADVERTISEMENT
Diskusi yang dipandu oleh Andhita Dyorita Kh., S.Psi., M.Psi., Psikolog ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi, seperti kurangnya sarana, kebutuhan pelatihan khusus untuk guru, dan stigma sosial terhadap anak berkebutuhan khusus. Namun, peserta sepakat pada sejumlah rekomendasi strategis, termasuk peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan berkala, penyediaan fasilitas ramah difabel, dan kolaborasi berkelanjutan antara sekolah, Majelis Dikdasmen, dan pemerintah daerah.
Melalui FGD tersebut, diharapkan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta dapat menjadi contoh dalam penerapan pendidikan inklusi yang berkeadilan, membawa visi pendidikan tanpa diskriminasi menjadi kenyataan.