Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Pementasan Apresiasi Puisi Bertajuk Saskritika Rasa Berlangsung Sukses
17 Januari 2025 10:22 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Senin, 13 Januari 2025, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar pentas apresiasi puisi bertajuk Saskritika Rasa: Menggali Keindahan Rasa Melalui Sastra. Acara ini tidak hanya menjadi puncak dari mata kuliah Apresiasi Puisi yang diampu oleh Dr. Rina Ratih, S.S., M.Hum., tetapi juga menandai peluncuran buku antologi puisi karya mahasiswa angkatan 2023 dan 2022.
ADVERTISEMENT
Tema “Saskritika Rasa” diangkat sebagai simbol penghormatan terhadap setiap karya yang diciptakan dengan jiwa dan rasa. Menurut Mawar Ledya Serli, salah satu mahasiswa PBSI yang tampil, tema ini memiliki makna mendalam. “Melalui puisi, kami menggali keindahan rasa yang selama ini mungkin tersembunyi. Pementasan ini adalah cara kami menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada dunia,” ujar Mawar penuh semangat.
Dalam pementasan itu, penonton diajak menikmati berbagai bentuk seni sastra yang diramu dengan apik. Beragam penampilan, mulai dari puisi bersambung hingga musikalisasi puisi, menghadirkan perpaduan rasa dan emosi yang menyentuh hati. Salah satu yang mencuri perhatian adalah pembacaan puisi bersambung “Aku Melihat Indonesia” karya Soekarno, yang dibawakan oleh Mawar bersama Afftiar, Arif, Hana, Niken, Hasna, dan Aul. Puisi ini menggugah rasa kebangsaan dengan lantunan penuh penghayatan tentang keindahan Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Lalu, dramatisasi puisi “Rakyat” karya Hartoyo Andangjaya yang dipentaskan oleh April, Riska, Mutiara, Intan, dan Kanaya, berhasil menyuarakan perjuangan rakyat kecil dengan emosi yang membakar semangat. Penampilan teatrikal “Sepucuk Surat Buat Emak” karya Toton Dai Permana pun membuat penonton terhanyut dalam kisah yang menyentuh hati, dibawakan dengan penuh penghayatan oleh Isna, Ayu, Una, Sari, Deaa, dan Nurul.
Keseruan acara berlanjut dengan battle puisi bertema cinta yang mengupas luka dan keindahan perasaan. Tim pertama membawakan tema “Cinta dengan Segala Lukanya” yang diisi oleh Vili, Zara, Najwa, Winda, Aulia, dan Dimas, sementara tim kedua mengangkat tema “Cinta yang Patah” yang penuh kepedihan, dibawakan oleh Zivarrah, Wening, Natasya, dan Rindan.
Tak kalah menarik, puisi bersambung dengan tema “Simfoni di Senja Kala” dibawakan oleh Shila, Hafis, Mutia, Avida, Zize, Bunga, dan Pebri, menciptakan suasana melankolis yang menyentuh jiwa. Teatrikal puisi “Sajak Sebatang Lisong” karya W.S. Rendra yang dibawakan oleh Fabbela, Suci, dan Adnan menampilkan kritik sosial yang penuh energi, membuat penonton terdiam merenung. Acara ditutup dengan indah melalui musikalisasi puisi “Rindu” karya Subagio Sastrowardoyo, yang dilantunkan oleh Galuh, Roby, dan Latifa dengan iringan musik yang syahdu.
ADVERTISEMENT
Mawar mengungkapkan, persiapan acara ini dilakukan selama satu semester penuh. “Kami menjalani latihan setiap malam. Ini menjadi pengalaman luar biasa karena tidak semua dari kami punya latar belakang seni atau mahir membaca puisi. Namun, latihan-latihan tersebut justru menumbuhkan kecintaan saya terhadap sastra,” ujarnya dengan senyum bangga.
Melalui pementasan ini, mahasiswa PBSI UAD membuktikan bahwa sastra bisa menjadi medium untuk memahami kehidupan dan menggugah rasa. Mawar menutup dengan pesan yang penuh harapan, “Kami ingin acara ini menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli pada rasa, baik rasa dalam diri sendiri maupun rasa terhadap orang lain. Dunia ini terlalu luas untuk dimengerti tanpa belajar, dan sastra adalah salah satu cara memahami kehidupan.”
Acara Saskritika Rasa menjadi bukti nyata bahwa sastra tidak hanya indah, tetapi juga bermakna, menjelma menjadi medium penghubung rasa dan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh para mahasiswa.
ADVERTISEMENT