Konten dari Pengguna

Permainan Monolaga, Media Tingkatkan Self-Awareness Siswa

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
13 Mei 2024 11:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) lakukan bimbingan kelompok dengan permainan monolaga (Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) lakukan bimbingan kelompok dengan permainan monolaga (Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2023 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang bernama Anggun Hari Suryani, S.Pd. memberikan layanan berupa bimbingan kelompok dengan teknik permainan. Teknik yang digunakan yaitu dengan permainan monolaga (monopoli ular tangga) pada siswa kelas X E7 di SMA N 4 Yogyakarta guna meningkatkan self-awareness siswa. Acara ini dilaksanakan pada 12 Februari–23 Maret 2024, yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan.
ADVERTISEMENT
Self-awareness dapat dimaknai sebagai sikap sadar individu untuk memahami akan dirinya sendiri, memahami maksud dari emosi atau perasaan yang sedang ia rasakan serta penyebabnya. Self-awareness atau kesadaran diri ini perlu dimiliki setiap individu agar kita memahami dan memercayai diri sendiri.
Tanda-tanda individu mempunyai self-awareness rendah ada beberapa, di antaranya selalu bersikap defensif, pengontrolan emosi yang kurang, mengalami masalah terhadap kepercayaan diri, dan tidak memahami kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya. Selain itu, dalam dirinya percaya pada konsep diri yang negatif dan tidak berani dalam mengungkapkan pendapat, pikiran, perasaan maupun keyakinan diri atau asertif yang rendah.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebagai individu kita harus memiliki kesadaran diri yang baik. Dengan begitu, kita dapat memahami diri kita sendiri. Kita juga dapat mengerti kapasitas kemampuan diri, memahami perasaan dan emosi, serta penyebab emosi tersebut.
ADVERTISEMENT
Target utama yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini adalah siswa kelas X E7 di SMA N 4 Yogyakarta. Kelas X merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja dan self-awareness pada remaja cenderung rendah. Masa remaja ditandai dengan perkembangan emosional, kognitif, yang mana pencarian identitas diri remaja yang masih belum stabil. Maka perlu dilakukannya intervensi pada self-awareness atau kesadaran diri, salah satunya menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan.
Berbagai jenis permainan dapat diterapkan dalam layanan, misalnya permainan papan seperti monopoli dan ular tangga. Jenis tersebut dapat dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa. Peneliti memilih permainan ini juga karena banyak manfaat yakni dapat mengajarkan siswa untuk bersabar dalam bermain, memberikan kesenangan dalam bermain, menghormati pendapat teman, mengontrol emosi, membangun kerja sama maupun bersosialisasi dengan teman sebayanya.
ADVERTISEMENT
Permainan ular tangga tidak mempunyai bentuk standar, sehingga pemain dapat memodifikasi sendiri papan ular tangga dengan jumlah kotak, jumlah ular, dan tangga yang berbeda dengan peraturan tertentu, sesuai tujuan yang ingin dicapai. Hal yang sama berlaku untuk permainan monopoli yang menggunakan kartu. Permainan ini dapat dimodifikasi seperti media kartu yang berisi pertanyaan mengenai self-awareness atau sebuah hiburan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, permainan monopoli dan ular tangga dapat dimodifikasi dan dikolaborasikan sesuai dengan tujuannya. Modifikasi kedua permainan ini dinamakan “Monolaga”.
Siswa yang mengikuti kegiatan layanan mengaku sangat senang karena mendapat banyak manfaat dari layanan bimbingan kelompok yang dilakukan. Mereka mengenal istilah-istilah baru seperti regulation emotion (regulasi emosi), self-concept (konsep diri), self-disclosure (keterbukaan diri), self-confidence (kepercayaan diri), dan lain sebagainya. Tidak hanya itu mereka juga belajar tentang memahami pengertian self-awareness, aspek-aspek kesadaran diri, serta faktor pembentuk kesadaran diri. Selain itu, kemampuan para siswa dalam bekerja sama, komunikasi, dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya juga bertambah.
ADVERTISEMENT
Mengingat begitu besarnya dampak buruk self-awareness, upaya-upaya pencegahan seperti kegiatan ini perlu dilakukan secara konsisten. Sebab, berbeda dengan generasi sebelumnya, era globalisasi saat ini menuntut kita untuk menjadi individu yang mandiri, berani, kritis, adaptif, dan produktif dalam rangka untuk menghadapi intervensi yang kuat.