Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Rektor UAD Resmi Dikukuhkan Sebagai Guru Besar
2 Oktober 2023 10:24 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam pidato yang disampaikan, Muchlas menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan dirinya untuk menekankan tantangan teknologi pendidikan yang akan dihadapi. Hal tersebut, kata dia, saat ini era pendidikan teknik dan vokasi menjadi faktor utama yang harus diperhatikan di era perubahan teknologi 5.0.
“Pendidikan teknik dan vokasi, dewasa ini menghadapi tantangan yang sangat besar. Pada bagian hulu, bergesernya orientasi payung filsafat dari klasik menuju teori belajar kontemporer, menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian penuh agar penyelenggaraan pendidikan dapat memperoleh naungan teori yang sesuai,” jelas Muchlas.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa era pendidikan saat ini masih segan dalam menggeser tentang teori pembelajaran yang digunakan. Muchlas membeberkan teori itu di antaranya Behaviorisme (Perilaku), Kognitivisme (Proses), dan Konstruktivisme (Tindakan).
ADVERTISEMENT
“Perlu menjadi perhatian kita bersama bahwa dunia pendidikan sampai saat ini masih enggan bergeser dari payung teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme yang telah digunakan lebih dari 7 dekade terakhir ini,” ujarnya.
Selaras dengan hal tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. setuju dengan pidato pengukuhan yang disampaikan oleh Muchlas. Haedar mengatakan, setiap manusia harus memiliki kesadaran dalam peralihan teknologi dari 4.0 menjadi 5.0.
“Hal yang paling penting mengajak kita pada kesadaran bahwa peralihan dari revolusi 4.0 ke 5.0 itu memasukkan elemen humanisme pada teknologi, sehingga revolusi 5.0 adalah integrasi antara kemampuan teknologi dan kemampuan manusia. Saya pikir ini penting bagi kita Muhammadiyah untuk terus lewat Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) mengolah proses dialektika ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan kemanusiaan,” jelas Haedar.
ADVERTISEMENT
Haedar pun membeberkan bahwa penjelasan yang diungkapkan oleh Muchlas mampu memberikan rasa optimis. Optimis itu berupa keberanian dalam melawan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang saat ini sedang berkembang menguasai teknologi di dunia.
“Saya pikir apa yang disampaikan Pak Muchlas itu memberi optimisme kepada kita bahwa kita tidak perlu melawan AI kemudian revolusi genetik dan bioteknologi, karena kita punya kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita yakni otak dan kalbu sebagai khalifah fil ardl atau pemimpin di Bumi,” tuturnya. (Han)