Konten dari Pengguna

Sejarah dan Peran Strategis ‘Aisyiyah dalam Pemberdayaan Perempuan

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
10 April 2025 11:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengajian Buka Puasa di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Faiq)
zoom-in-whitePerbesar
Pengajian Buka Puasa di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Faiq)
ADVERTISEMENT
Pengajian Buka Puasa yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu, 22 Maret 2025 kali ini menghadirkan pembicara perempuan yakni Ustazah Dr. Widiastuti, M.M. yang merupakan ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pengajian membahas mengenai Risalah Perempuan Berkemajuan.
ADVERTISEMENT
Ustazah Widiastuti menyampaikan bahwa Al-Qur’an, Islam dan Nabi Muhammad merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta. Maka setiap umat Islam hendaknya terus mempelajari dan memperdalam ilmu-ilmu agama serta dapat terus bersemangat dalam beragama Islam.
Risalah Perempuan Berkemajuan merupakan dokumen penting yang dimiliki oleh ‘Aisyiyah yang kemudian diputuskan dalam muktamar yang ke-48 di Surakarta. Risalah ini menjadi salah satu spirit kelahiran organisasi ‘Aisyiyah yang merupakan organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah. ‘Aisyiyah juga menjadi ortom khusus dengan kewenangan mengelola amal usaha sendiri sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis.
Dinamika ‘Aisyiyah yang berdiri pada 1917, diawali dengan adanya pengajian Sapa Tresna khusus perempuan di sekitar Kauman. Selanjutnya pada 1919, ibu-ibu di Kauman yang tidak hanya bekerja rumah tangga tetapi juga berprofesi lainnya, berpikir bahwa anak-anaknya perlu mendapat pendidikan. Maka pada tahun itu didirikanlah Taman Kanak-kanak (TK) ‘Aisyiah Bustanul Athfal (ABA). Kemudian pada 1923, didirikan musala khusus perempuan oleh ‘Aisyiyah. Musala ini tidak hanya digunakan untuk salat 5 waktu tetapi juga ada kajian, pembinaan, kursus, pelatihan sehingga musala benar-benar hidup sebagai tempat pemberdayaan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada 1926, berdiri Suara ‘Aisyiyah yang sampai saat ini masih terbit. Hal ini merupakan cara-cara ortom ‘Aisyiyah dalam berdakwah mulai dari bidang pendidikan TK, musala, serta menyebarkan pemikirannya melalui majalah ‘Aisyiyah.
Ustazah Widiastuti menyampaikan tujuan penyusunan Risalah Perempuan Berkemajuan. Harapannya, seluruh perempuan muslim memiliki pemikiran yang maju. ‘Aisyiyah menginginkan perempuan yang ada memiliki kemauan untuk maju bersama dalam rangka berdakwah.
Pada QS. An-Nahl ayat 97 yang artinya, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Ayat inilah yang menjadi salah satu dasar ‘Aisyiyah menginginkan kesadaran akan kesetaraan bahwa dakwah tidak hanya tanggung jawab laki-laki tetapi juga perempuan.
ADVERTISEMENT
Ketahanan keluarga akan terbentuk bila ada kerja sama yang baik antara suami dan istri. Hal ini sesuai dengan apa yang ada dalam QS. An-Nahl ayat 60, di mana keluarga meraih kehidupan yang baik. Ustazah Wiastuti mengutip pernyataan Prof. Hamim Ilyas, “Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang bahagia sebahagia-bahagianya, adil seadil-adilnya, nyaman senyaman-nyamannya”. Kehidupan yang baik dapat diraih dengan berislam.
Dari QS. An-Nahl ayat 60 tersebut kita dapat mengetahui bahwa pertama ada nilai spiritualnya yaitu iman. Kedua, adanya nilai amal saleh, kriteria amal saleh ialah ikhlas, itibak rasul. Ketiga nilai kesetaraan bahwa amal saleh juga untuk perempuan. Keempat hayatan thayiba atau kehidupan yang baik. Kelima ahsanal ajra, di mana amal baik kita akan diberitakan oleh Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pendidikan menurut Muhammadiyah ada dua hal yang menghambat bidang ini, yakni kemiskinan dan kebodohan. Sebagaimana Dewi Sartika menyampaikan, “Hanya dengan pendidikan kita akan tumbuh menjadi suatu bangsa”.
Kesadaran pentingnya pendidikan telah dimiliki oleh ‘Aisyiyah sejak awal. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi generasi yang akan datang. Sebagaimana pernyataan Rasuna Said, “Majukanlah perempuan dengan pendidikan”.
Mengutip pernyataan Nyai Ahmad Dahlan, “Wanita jangan memiliki jiwa kerdil tetapi berjiwa srikandi”. Jiwa Srikandi merupakan simbol perempuan Indonesia. Ada lima teladan jiwa Srikandi, yaitu mampu tampil terbaik di bidangnya, tegas dan berani dalam segala hal kebenaran, menjadi perempuan pembelajar, tampil cantik, dan menjadi mandiri dan teladan.
Risalah Perempuan Berkemajuan dimulai tahun 1937, saat ‘Aisyiyah menerbitkan tuntunan mencapai istri yang berarti. Kemudian terbitnya Adabul Mar’ah fil Islam pada tahun 1972. Kemudian terbitnya fikih perempuan pada tahun 2010. Pada 2014, terbitnya tuntunan menuju keluarga sakinah. Hal-hal inilah yang menjadi dasar Risalah Perempuan Berkemajuan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, karakter Islam Berkemajuan berlandaskan pada tauhid yang murni, bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah, mengembangkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan wasathiyah, serta mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Islam juga sangatlah memuliakan perempuan sehingga perempuan juga dapat menjalankan fungsi utama yang setara dengan laki-laki dan nilai akhlak yang utama. Berusaha menjalankan profesinya dengan sebaik-baiknya.
Perempuan berkemajuan tetap memiliki kodrat sendiri yakni melahirkan dan menyusui yang mana hal ini merupakan anugerah Allah Swt. Pada kondisi ini perempuan juga membutuhkan dukungan dari laki-laki.
Terakhir Ustazah Widiastuti menyampaikan bahwa perempuan berkemajuan memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik, pelestarian lingkungan, penguatan keluarga sakinah, pemberdayaan masyarakat, filantropi berkemajuan, aktor perdamaian, partisipasi publik, kemandirian ekonomi, peran kebangsaan, dan kemanusiaan universal. (Faiq)
ADVERTISEMENT