Citayam Fashion Week, Fenomena Sesaat atau Berkelanjutan?

Universitas Paramadina
Universitas Paramadina.
Konten dari Pengguna
31 Juli 2022 14:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Paramadina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Paramadina, Jakarta, Dr. Iin Mayasari, M.Si. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Paramadina, Jakarta, Dr. Iin Mayasari, M.Si. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Oleh: Dr. Iin Mayasari, S.IP., S.Pd., M. Si*)
Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) menjelaskan adanya sekelompok anak muda yang berasal dari pinggiran Jakarta, yaitu Citayam dan membentuk sebuah komunitas. Inisiator komunitas ini juga berasal dari Citayam dengan mengambil lokasi di kawasan Dukuh Atas, dekat Stasiun KRL, KA Bandara. Aktivitas yang dilakukan oleh komunitas tersebut adalah melakukan unggah konten di media sosial, yang awalnya dilakukan melalui TikTok serta melakukan peragaan busana di trotoar dan zebra cross.
ADVERTISEMENT
Citayam Fashion Week ini menarik karena menjadi sebuah terobosan ide di dunia fashion yang tidak hanya berasal dari kelas atas yang selama ini terjadi. Konteks high culture tidak lah selalu memunculkan ada ide baru atau unik, tetapi konteks low culture juga mampu memunculkan hal yang baru dan bisa diminati oleh kalangan dari high culture juga.
Diskusi terkait dengan CFW berfokus pada kemungkinan hanya terjadi sesaat saja dan tidak bisa menjadi sebuah tren yang berkelanjutan. Fenomena CFW dikuatkan dengan adanya media sosial yang mampu melakukan exposure terkait CFW termasuk para inisiatornya. Exposure ini juga melibatkan diseminasi informasi para artis dan kalangan lain yang memanfaatkan fenomena ini.
Dengan demikian, orisinalitas ide menjadi pudar. Namun demikian, CFW ini menjadi kesempatan besar bagi para pelaku usaha yang memberikan ruang bagi anak muda dari kalangan tertentu untuk berekspresi dan bisa memberikan implikasi ekonomi praktis yang menguntungkan banyak pihak baik oleh pelaku bisnis untuk segmen kelas atas, menengah dan bawah, termasuk para pelaku UMKM. Ada sejumlah strategi yang bisa dilakukan oleh semua pihak untuk menjadikan CFW ini tidak bersifat sesaat.
Masyarakat memadati 'Citayam Fashion Week' di kawasan Dukuh Atas, Sabtu (23/7). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Adanya penguatan culture production system. Ide kreatif memang tidak bisa hanya dimunculkan sesaat dan kemudian diikuti oleh banyak pihak. Namun ini membutuhkan waktu. CFW ini bisa menjadi sebuah fashion system. Fenomena CFW ini bisa menjadi sebuah tren yang berulang bila didukung oleh the culture production process. Ada empat aspek yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha. Pertama, menciptakan creative subsystem. Ide terkait CFW itu sendiri sebenarnya berasal dari kaum terpinggir. Industri fashion sebenarnya tidak pernah melihat apakah harus dimunculkan terlebih dahulu dari kelas atas, tetapi dari berbagai sisi baik dari sisi low culture maupun high culture.
ADVERTISEMENT
Ide CFW ini bisa optimal secara ideal, bila membawa ide kreatif dari kultur Citayam, yang unik. Yang menarik, Citayam itu bukan berada di Jakarta, tetapi di luar Jakarta. Kalau membawa ide Citayam, seharusnya penguatan budaya Citayam harus kuat dan orisinil sehingga menginspirasi banyak pihak. Hal ini bisa belajar dari Jember Fashion Carnaval.
Kegiatan Jember Fashion Carnaval menjadi sebuah event yang berulang dengan dukungan Pemerintah Jember. Event ini ditujukan sebagai media anak muda untuk mengoptimalkan potensi mereka yang memiliki muatan edukatif dan menguatkan industri lokal sekaligus untuk mempertahankan kelestarian budaya dengan mengenakan pakaian adat. Kembali ke Citayam, bagaimana penguatan budaya lokal Citayam yang sifatnya unik dan bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri?
ADVERTISEMENT
Kedua, adanya managerial subsystem. Ada sebuah mekanisme yang bisa diadopsi oleh perusahaan termasuk pelaku UMKM dengan menerapkan ide CFW tersebut yang bisa dijadikan acuan dalam mengembangkan produk fashion, termasuk turunan produknya terkait fashion, dan mendistribusikannya. Ada usaha yang mengembangkan ide CFW ke dalam bentuk produk fashion yang bisa dinikmati oleh target market dengan sistem bisnis yang baku.
Ketiga, adanya communication subsystem melalui gate keepers. Komunikasi ini bertujuan untuk mendiseminasi hasil kreasi CFW itu oleh berbagai gate keeper sebagai kelompok referensi. Hal ini bisa didukung oleh para netizen, dan penggunaan media tertentu, termasuk media sosial. Kelompok referensi bisa komunitas yang menguatkan trend ini dengan mempromosikan produk sehingga komunitas bisa menjadi rujukan. Peran para opinion leader yang setidaknya bisa mewakili komunitas ini bisa dipilih, bukan para selebrity di luar target market ini yang dipilih.
Petugas mengatur lalu lintas di area 'Citayam Fashion Week', di Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dengan demikian, komunitas ini akan kuat sehingga memiliki tingkat kredibilitas sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, para content creator juga menjadi pendorong untu menguatkan CFW sebagai bisnis yang berkelanjutan. Mereka akan mengunggah dan menuliskan aktivitas CFW, sehingga konsumen yang menjadi target market akan mendapatkan informasi terkini.
ADVERTISEMENT
Selain adanya culture production system, perlu adanya penguatan nilai kreasi bersama dalam mengembangkan konsep CFW. Vargo & Lusch (2008) terkait dengan nilai kreasi bersama, konsep ini menjelaskan ketika pelaku usaha dan konsumennya berinteraksi untuk bersama-sama menciptakan pengalaman yang sebenarnya. Nilai kreasi bersama dalam CFW ini menerapkan perspektif holistik dengan menitikberatkan kolaborasi semua elemen termasuk konsumen, masyarakat, pemerintah, content creator, pelaku di bidang fashion, fotografi dan bahkan pelaku industri lain yang memiliki relevansi.
Terkait dengan hal ini, perusahaan UMKM bisa menggunakan konsep CFW dengan bekerja sama dengan pengelola merek lokal. Mereka bisa bekerja sama dengan para Bonge untuk menjadikan endorser selama merek atau brand nya sesuai dengan target market.
ADVERTISEMENT
Kreasi bersama ini juga melibatkan pemerintah. Pemerintah lokal bisa memanfaatkan konsep CFW ini untuk bisa menumbuhkan peluang ini sehingga bisa memberikan daya spill over effect untuk menguatkan potensi lokal yang ada. Hal ini juga bisa menginspirasi pemerintah lokal untuk menjadikan Citayam Fashion Week ini sebagai trendsetter di daerah masing-masing dengan menguatkan keunggulan lokal. Dengan demikian, secara tidak langsung akan menumbuhkan peluang bagi pelaku usaha lokal sekaligus bisa menciptakan nilai ekonomis dan menumbuhkan kecintaan pada produk lokal.
Dengan demikian, CFW bisa menjadi peluang bisnis yang berkelanjutan. Semua pihak bersama-sama untuk membesarkan. Apabila konsep CFW digunakan sebagai merek dan akan digunakan sebagai nama pada produk kategori lain, maka perlu diingat bahwa konsep ini sebagai hasil kreasi bersama dari yang menginisiasi komunitas CFW, nama Citayam Fashion Week, para selebriti dan artis yang meramaikan. Bila diakui satu pihak, maka perlu diperhatikan secara hukum. Jangan ada free rider, karena saat ini era co-creation untuk menghasilkan ide lebih bisa tereksekusi dengan optimal.
ADVERTISEMENT
*) Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Paramadina