Konten dari Pengguna

KURIKULUM KONFLIK

24 Juli 2017 5:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Upi Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia sekolah dengan segala bentuk intrik dan permasalahan menjadikan orang-orang yang berada didalamnya terus berkembang, berbagai dilema membuat mereka terus berfikir kreatif untuk menyelesaikan permasalahan dengan sebaik mungkin. Salah satu hal yang tidak bisa di hindari dan seringkali menjadi permasalahan tak berkesudahan dapat disimpulkan dalam satu kata yaitu konflik. Sekolah mengambil peran besar dalam mengatasi hal ini, terutama peran serta guru dalam menyelsaikan konflik antar siswa dengan metode yang bijak. Kenapa bijak? karena tak jarang konflik tak berkesudahan di kalangan siswa terus terjadi karena guru memberikan stimulus yang salah.
ADVERTISEMENT
Beberapa pendekatan di bawah ini bisa menjadi referensi dalam menyelesaikan konflik pada siswa:
a. Kurikulum Konflik
b. Pelatihan kemampuan tersturktur untuk membimbing siswa menghindari konflik
c. Menggunakan solusi rapat kelas sebagai media
d. Ikut campur tangan ketika di butuhkan dalam menerapkan kemampuan intrapersonal saat konflik baru terjadi
e. Menambah rasa tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan konflik dengan bantuan orang dewasa.
Terkadang, tanpa disadari siswa yang ber-konflik terus menerus bukan semata-mata kesalahan mereka namun karena ia tidak mendapat bantuan yang tepat dari pihak guru maupun sekolah dalam mengatasi konflik mereka. Tidak bisa dipungkiri memang peran sekolah dalam mengambil kebijakan manajemen konflik sangat berpengaruh terhadap siswa yang berkonflik khususnya. Misalanya seperti yang terjadi di Ontario, Kanada. Mereka memiliki program khusus untuk mengajarkan resolusi konflik yang bernama PREPARE. Di dalamnya terdapat berbagai stimulus yang dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan seperti, menulis, membaca, diskusi dan mencarikan solusi atas perilaku mereka . Ternyata cara ini lebih ampuh dibandingkan dengan ketika sama-sama disesaikan dengan cara kekerasan.
ADVERTISEMENT
Kurikulum konflik yang matang tidak akan ada fungsinya jika guru tidak ambil bagaian dalam penyelesaian konflik. Beberapa siswa memerlukan sosok contoh dan pelatih dlam grup kecil mereka mengenai cara berkomunikasi dan sosialisasi dengan sesama. Seperti bagaimana cara mendengarkan, mengucapkan terimakasih, menanyakan pertanyaan, maupun memulai percakapan.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pertemuan kelas untuk membahas konflik yang terjadi. Dalam pertemuan kelas siswa bebes mengemukakan permasalahan yang terjadi kepada guru dengan syarat tidak mengikutsertkan nama orang yang bersangkutan. Caranya bisa dengan bermain peran atau dengan menggunakan boneka dalam lingkaran pertemuan kelas. Namun terkadang ada masanya ketika guru menggunakan nama untuk mendiskusikan konflik dalam pertemuan kelas, tujuan agar permasalahan menjadi lebih nyata dan solusi menjadi lebih tampak.
ADVERTISEMENT
Cara lain yang dapat digunakan oleh guru adalah tidak ikut campur alias membiarkan mereka menyelesaikan masalanya sendiri. Bagaimana caranya? salah satunya bisa dengan menyurus siswa menulis 3 paragraf yang berisi 1) apa masalah yang terjadi, 2) apa penyebabnya, 3) bagaimana kamu bisa menyelesaikannya?.Guru membantu siswa dalam mengikuti rencana penyelesaina konflik yang telah dibuatnya sendiri.
Banyak hal yang bisa dilakukan, jika sekolah mau membuka mata dan hati mereka lebih dalam. Karena sejatinya sekolah khsusnya guru memiliki peran krusial dalam mengajarkan kemampuan dasar manusia.