Konten dari Pengguna

Mengapa Menilai itu Penting?

31 Juli 2017 20:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Upi Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengapa Menilai itu Penting?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Petikan kisah berikut saya ambil dari buku karangan Muhammad Nuh ‘Menyemai Kreator Peradaban’. Dahulu diceritakan ada seorang kiayi yang punya berbagai cara unik untuk menentukan kelulusan santrinya. Setelah ujian tulis, lalu lisan, kemudian sang kiai yang turun tangan langsung menguji mereka. Sehari menjelang ujian berlangsung, sang kiai sengaja membuat mushaf tiruan yang di desain persis dengan aslinya. Kemudian mushaf tersebut di letakkan di bawah pintu sebagai ganjalan.
ADVERTISEMENT
Esok harinya,ujianpun dimulai. Satu persatu santri fasih dan lancar dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang kiayi. Namun ketika melihat ganggang pintu dengan mushaf di bawahnya para santri ada yang menggerutu sendiri, ada juga yang lansung protes dengan mengeluarkan dalil-dalil. Sang kiaki memuji kepandaian mereka. Hingga akhirnya masuklah santri terakhir. Pertanyaan demi pertanyaan di jawab dengan tenang. Namun, kalimatnya tiba-tiba terhenti ketika melihat mushaf teronggok di bawah pintu. Ia berlari segera dan mengambil mushaf tersebut lalu di serahkan ke sang kiai. Sang guru mengucapkan terimkasih dan mempersilahkan keluar setelah selesai menjawab semua pertanyaan.
Sore harinya diumumkanlah bahwa yang lulus ujian dan layak di wisuda, hanya satu orang santri yaitu santri yang terakhir. Sungguh manarik, sang guru menetapkan standar kompetensi kelulusan anak didik bukan hanya kecerdasan ilmiah namun juga alamiah. Jadi yang harus di tekankan adalah bukan hanya pada penguasaan teknis, melainkan diarahkan pada produksi makna. Sehingga pendidikan tidak hanya melahirkan ilmuan murni, tapi juga seorang problem solver.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa dalam kurikulum 2013 di pertajam kembali standar evaluasi yang menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik atau dengan nama lain penilaian otentik. Nah, oleh sebab itu kita perlu tau beberapa macam penilaian otentik yang di gunakan. Berikut ringkasanya:
a. Penilain Unjuk Kerja
Penilaian ini dilakukan dengan mengamati kegitan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Beberapa kegiatan yang cocok dilakukan dengan penilaian ini adalah: praktek di laboratorium, praktek sholat, olah raga bermain peran, bermain alat musik, bernyanyi, membaca puisi dan lainnya. Lalu apa saja bentuk penilainnya? bisa menggunkan daftar ceklist untuk mengetahui muncul tidaknya unsur tertentu dari indikator dalam sebuah peristiwa atau tindakan. Sedangkan skala penilaian (ratting scale), digunakan untuk menggambarkan suatu nilai yang bentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Misalnya Misalnya: 4 = siswa selalu melakukan, 3 = kadang-kadang, 2 = jarang, 1 = tidak pernah.
ADVERTISEMENT
b. Penilaian Proyek
Penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu tertentu. Penilaian ini dilakukan mulai dari perencanaan, proses sampai hasil akhir. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan instrumen berupa daftar ceklist atau skala penilaian. Penilain Portofolio. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
c. Penilaian Sikap
Terdapat lima jenjang proses perpikir ranah sikap, yaitu menerima atau memperhatikan, merespon, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter. Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah: Sikap terhadap mata pelajaran, Sikap terhadap guru dan sikap terhadap proses pembelajaran. Adapun teknik atau cara yang bisa dilakukan adalah observasi perilaku, pertanyaan langsung dan laporan pribadi.
ADVERTISEMENT
d. Penilaian Diri
Penilaian diri sendiri memberikan banyak dampak postif bagi pribadi siswa. Diantaranya dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, dapat menyadari kekuatan dan kelemahan mereka, serta melatih untuk dapat bersikap jujur terhadap diri sendiri.
e. Penilaian Produk
Penilaian ini biasanya menggunakan cara analitik atau holistik. Analitik maksudnya berdasarkan aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria. Sedangkan cara holistik berdasarkan kesan keseluruhan produk.
Dengan menggunakan penilaian otentik maka guru dapat mengamati siswa dalam berbagai situasi untuk melihat bagaimana mereka berkembang. Baik perkembangan fisik, emosi, mental dan akademis. Sudah selayaknya guru menganggap bahwa karya siswa berupa gambar, lukisan, lisan, gerakan, dan lainya merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan kemampuan kognitif dan berbagai hafalan. So, nilailah sacara menyeluruh :)
ADVERTISEMENT