5 Fakta Peninggalan Dinasti Ming di Kampung Kapitan, Palembang

Konten Media Partner
8 April 2019 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Pengunjung wisata rumah cagar budaya Kampung kapitan yang mendengarkan penjelasan Mulyadi yang merupakan generasi ke-14 Kapitan, Senin (8/4) Foto: abp/Urban Id
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Pengunjung wisata rumah cagar budaya Kampung kapitan yang mendengarkan penjelasan Mulyadi yang merupakan generasi ke-14 Kapitan, Senin (8/4) Foto: abp/Urban Id
ADVERTISEMENT
Kampung Kapitan merupakan kampung etnis Tionghoa pertama di Kota Palembang. Kampung tersebut sudah ada sejak masa Dinasti Ming atau sekitar abad ke XIV. Awalnya, kampung ini merupakan area pemukiman para etnis Tionghoa di Palembang. Selain itu, juga sebagai tempat melakukan perdagangan, hingga akhirnya menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Seberang Ulu (SU) di masa pemerintahan kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
Saat ini, di kawasan cagar budaya Kampung Kapitan masih terdapat dua rumah, masing-masing adalah rumah utama dan rumah batu. Kedua rumah tersebut menyimpan sejumlah benda bersejarah milik Kapitan Tjoe Ham Ling, atau sosok yang dianggap sebagai keturunan Dinasti Ming.
1. Rumah Cagar Budaya Menghadap ke Sungai Musi
Bangunan rumah di Kampung Kapitan yang menghadap ke sungai (abp/Urban Id)
Dua rumah milik Kapitan Tjoe Ham Ling berdiri kokoh di pinggir Sungai Musi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mengawasi jalur perdagangan di kawasan Seberang Ulu. Namun, seiring perkembangan zaman, kawasan cagar budaya tersebut tak dapat lagi dilihat secara langsung dari sungai karena terhalang bangunan lain.
2. Pencurian Benda Bersejarah di Kampung Kapitan
Sejumlah benda bersejarah yang masih ada hingga saat ini (abp/Urban Id)
Pada tahun 2013, terjadi pencurian di rumah cagar budaya yang mengakibatkan hilangnya benda-benda bersejarah. Seperti guci dan altar yang berasal dari Dinasti Ming, hal ini tentunya sangat disayangkan oleh pihak keluarga, terlebih hingga kini kasus tersebut belum terungkap.
ADVERTISEMENT
3. Kurang Perhatian dari Pemerintah Daerah
Plang imbauan yang menandakan lokasi cagar budaya (abp/Urban Id)
Pengurus rumah Kampung Kapitan, Mulyadi, mengaku jika pemerintah daerah terkesan lambat dalam memberikan perhatian terhadap cagar budaya ini. Seperti halnya pemasangan plang imbauan cagar budaya yang baru dipasang sejak tiga bulan terakhir. Padahal kawasan ini sudah lama menjadi pusat pembelajaran sejarah di Kota Palembang oleh akademisi maupun sejarawan baik nasional maupun internasional.
4. Pernah Ditawar Pengusaha Brunei Darussalam
Tampak depan rumah Kampung Kapitan (abp/Urban Id)
Menurut pengakuan Mulyadi, seorang pengusaha asal Brunei Darussalam sempat berkeinginan membeli rumah bersejarah ini. Bahkan pengusaha tersebut sempat menawar dengan harga Rp 50 miliar agar pihak keluarga mau menjual rumah tersebut.
5. Sejarah Tan Bun Anh dan Siti Fatimah
Mulyadi saat menunjukkan foto yang terpajang rapi di dinding rumah (abp/Urban Id)
Di dalam rumah tua utama, terdapat foto-foto maupun lukisan yang diyakini sebagai leluhur pendiri Kampung Kapitan dari Dinasti Ming pada tahun 1.300. Salah satunya adalah lukisan Tan Bun Anh dan foto Siti Fatimah. Kedua sosok tersebut selama ini dikaitkan dengan legenda di Pulau Kemaro. (abp)
ADVERTISEMENT