5 Filosofi Tingkatan Rumah Limas, Sumatera Selatan

Konten Media Partner
1 Mei 2019 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampak depan dari Rumah Limas Sumatera Selatan (foto: Pesonatravel)
zoom-in-whitePerbesar
Tampak depan dari Rumah Limas Sumatera Selatan (foto: Pesonatravel)
ADVERTISEMENT
Rumah Limas merupakan rumah adat di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Nuansa islam dan melayu sangat kental pada setiap bangunan rumah ini, bentuk limas mencerminkan warisan budaya tentang karakter daerah di Bumi Sriwijaya. Pembangunan rumah ini, selalu menghadap ke timur dan barat atau dalam falsafah disebut menghadap ke arah Matoari eedoop dan mato ari mati.
ADVERTISEMENT
Sesuai namanya, bangunan ini juga dibuat berbentuk limas. Luasannya berkisar 400-1.000 m2 dan biasanya digunakan untuk acara besar seperti hajatan atau upacara adat. Tiap tingkatan rumah biasanya disebut dengan kekijing. Rumah bertingkat tingkat-tingkat ini memiliki filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya sesuai dengan nilai-nilai budaya tradisional. Yaitu usia, jenis kelamin, bakat, pangkat, dan martabat.
1. Pagar Tenggalung
Teras pada Rumah Limas atau disebut pagar tenggalung (foto: Indoensiakaya.com)
Apabilas sedang bertamu ke salah satu rumah limas yang ada di wilayah Sumatera Selatan, tamu akan dipersilahkan duduk di teras, atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas dan seringkali digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat.
Tingkat pertama rumah ini disebut pagar tenggalung, karena ruangannya tidak memiliki dinding pembatas, dan terhampar seperti beranda. Suasana di tingkat pertama lebih santai dan biasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
ADVERTISEMENT
2. Jogan
Tingkat dua Rumah Limas yang disebut jogan (foto: Indonesiakaya.com)
Material yang digunakan untuk membangun rumah limas didominasi kayu tembesu. Seperti pada lantai, pintu, dan dinding. Rumah di tingkat dua sebut jogan, dan khusus diperuntukan bagi anggota keluarga pemilik rumah yang berjenis kelamin laki-laki.
Pembagian ruang secara fisik berfungsi batasan aktivitas yang berlangsung di rumah berdasarkan tingkat keprivasiannya. Secara personal, sikap pribadi masyarakat Palembang menjunjung tinggi kehormatan laki-laki dan wanita. Kemudian secara sosial, menunjang citra diri kebudayaan Palembang yaitu dengan menjunjung tinggi norma-norma adat yang berlaku di masyarakat.
3. Kekijing Tiga
Bagian rumah yang disebut kekijing (foto: Indoensiakaya.com)
Jika masuk lebih ke dalam pada rumah ini, maka akan tampak sebuah ruangan yang disebut kekijing. Posisinya ada di lantai ke tiga atau lebih tinggi dibanding dengan lantai sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pada lantai ini diberi batas dengan menggunakan penyekat. Ruangan ini biasanya untuk tempat menerima para undangan dalam suatu acara atau hajatan, terutama untuk handai taulan atau tamu yang sudah paruh baya.
4. Kekijing Empat
Lantai keempat hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan (foto: Indonesiakaya.com)
Pada lantai ke empat, posisi lantai lebih tinggi lagi. Begitu juga dengan orang-orang yang dipersilakan untuk mengisi ruangan ini pun memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dan dihormati, seperti undangan yang lebih tua, dapunto dan datuk.
Tempat duduk para tetamu pada saat sedekah atau kenduri sudah ditentukan berdasarkan status tamu tersebut. Apabila dilanggar maka orang tersebut menjadi kaku, karena rasa canggung ataupun rasa takut dan malu.
5. Gegajah
Pada lantai di runagan ini juga dapat dijadikan kamar pengantin (foto: Indoensiakaya.com)
Pada lantai tertinggi, atau tingkatan ke lima di sebut dengan raungan gegajah. Ruangan ini hanya boleh dimasuki oleh orang yang dihormati dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam keluarga atau keluarga inti.
ADVERTISEMENT
Uniknya di dalam ruangan gegajah terdapat undakan lantai yang disebut amben. Amben inilah yang digunakan untuk mengadakan musyarawah para penghuni gegajah. Selain itu juga terdapat kamar pengantin, yang hanya difungsikan jika pemilik rumah sedang mengadakan pesta pernikahan. (eno/jrs)