Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten Media Partner
6.092 Balita di Sumsel Alami Stunting
7 Desember 2024 7:07 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Angka stunting di Sumsel masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data dari Aplikasi e-PPGBM Dinas Kesehatan Sumsel per Oktober 2024, tercatat sebanyak 6.092 balita mengalami stunting . Angka ini dinilai masih tinggi, meskipun telah ada upaya untuk menurunkan prevalensi stunting secara nasional.
Data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) juga menunjukkan peningkatan prevalensi stunting di Sumsel pada 2023, yang naik 1,7 persen menjadi 20,3 persen dari 18,6 persen pada 2022. Padahal, pada 2022 angka stunting sempat turun signifikan dari 24,8 persen pada 2021.
Untuk mempercepat penurunan angka stunting hingga mencapai target 14 persen pada akhir 2024, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumsel meluncurkan Program Orang tua Asuh.
Program ini bertujuan memberikan bantuan dan pendampingan kepada keluarga yang memiliki risiko stunting atau balita yang telah terdampak stunting.
Kepala BKKBN Sumsel, Mediheryanto, menjelaskan bahwa program orang tua asuh ini melibatkan 35 ribu relawan yang berasal dari instansi pemerintah maupun swasta di seluruh kabupaten/kota di Sumsel.
“Fungsi orang tua asuh adalah memberikan bantuan berupa vitamin, makanan bergizi, dan melakukan monitoring perkembangan keluarga dengan risiko stunting selama tiga bulan,” kata Mediheryanto.
Bantuan makanan tambahan, seperti telur, diberikan dengan anggaran Rp15 ribu per anak per hari selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, dilakukan evaluasi untuk menilai efektivitas bantuan. Jika tidak ada perkembangan, evaluasi mendalam akan dilakukan guna memperbaiki strategi pendampingan.
Program ini menekankan pendekatan gotong royong, dengan melibatkan pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat.
“Kami berharap komitmen semua pihak, terutama kepala daerah, agar program ini dapat berjalan maksimal,” ujar Mediheryanto.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya pemenuhan gizi seimbang, terutama bagi ibu hamil dan balita. Dengan demikian, angka stunting di Sumsel dapat ditekan secara signifikan, mendukung pencapaian target nasional.
Melalui program ini, BKKBN Sumsel berharap masyarakat dapat lebih memahami dampak buruk stunting terhadap masa depan anak.
“Jika kita bekerja bersama dan berkomitmen penuh, masalah stunting yang mengancam generasi masa depan dapat diatasi,”pungkas Mediheryanto.
Program Orang tua Asuh ini menjadi harapan baru bagi Sumsel untuk mengatasi permasalahan stunting yang terus menjadi tantangan. Keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi aktif semua pihak untuk menciptakan generasi sehat dan produktif di masa depan.
ADVERTISEMENT