670 Ton Ekspor Kelapa dari Sumsel Ditolak Thailand

Konten Media Partner
19 November 2019 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspor kelapa utuh dari Sumatera Selatan di kembalikan karena sudah bertunas. Foto. Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ekspor kelapa utuh dari Sumatera Selatan di kembalikan karena sudah bertunas. Foto. Istimewa.
ADVERTISEMENT
Kelapa utuh asal Sumatera Selatan (Sumsel) gagal diekspor ke Thailand. Kelapa yang sudah bertunas itu, mengalami pengembalian mencapai 25 kontainer atau sekitar 670 ton. Akibat kejadian ini, eksportir mengalami kerugian mencapai Rp 2,5 miliar.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Palembang Dwi Harmawanto menyebutkan, pengembalian dalam jangka waktu satu bulan ini merupakan pengembalian terbesar.
“Biasanya tidak pernah ada pengembalian, apalagi sampai sebanyak ini. Percepatan proses pengiriman dan penyortiran barang akan menjadi prioritas agar kejadian ini tidak terulang lagi," katanya, Selasa (19/11).
Dwi bilang pihaknya tidak melakukan proses pemeriksaan kualitas sebelum dikirim. Saat ini proses ekspor-impor sudah dilakukan secara online dan dokumen dikirim dan diterima langsung oleh pihak eksportir.
Dwi membeberkan, sepanjang tahun ini ekspor kelapa mencapai 5.504 kontainer atau 94.070 ton. Kelapa ini dikirim ke beberapa negara seperti Tiongkok, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Pengiriman ke Thailand mencapai 37.106 ton atau mencapai 25 persen dari total.
ADVERTISEMENT
Selain Tiongkok, Thailand merupakan salah satu Negera tujuan ekspor cukup besar, dari total nilai devisa ekspor Rp 213 miliar, ekspor ke Thailand mencapai Rp 89 miliar.
Direktur PT Central Agro Indonesia Muhammad Rajief selaku perusahaan pengekspor mengungkapkan, alasan Thailand mengembalikan kelapa karena telah bertunas sekitar 1 cm hingga 2 centi meter saat sampai di Thailand.
"Sangat kecil kemungkinan kelapa tidak bertunas sampai ke Thailand karena mulai dari pemetikan hingga sampai ke Thailand membutuhkan waktu satu bulan," katanya.
Rajief mengatakan, biasanya kelapa bertunas tidak menjadi masalah, diperkirakan masalah ini karena ada perubahan kebijakan dari pemerintah sehingga kelapa yang bertunas ditolak.
"Kerugian mencapai Rp 2,5 miliar, untuk mengurangi kerugian kami akan mengolah kembali kelapa itu menjadi produk turunan kelapa seperti kopra, sabut, arang, dan produk lain," katanya.
ADVERTISEMENT
Pihaknya berharap agar pemerintah Indonesia dapat bernegosiasi dan menjalin kesepakatan dengan Pemerintah Thailand sehingga pihak eksportir tidak dirugikan dari kelapa yang sudah bertunas itu.
Sementara itu Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan, Iwan Gunawan menyebutkan, pihaknya masih menunggu arahan gubernur terkait tindak lanjut pengembalian kelapa utuh oleh Thailand.
Pihaknya hingga kini belum mengetahui secara detil permasalahan ini. Pihaknya telah mengundang para eksportir kelapa di Sumsel agar ke depan lebih teliti dalam mempersiapkan komoditas kelapa yang akan diekspor.
Selain itu, pemerintah ke depan mengupayakan komoditas kelapa yang diekspor sudah dalam bentuk produk olahan baik santan ataupun lainnya. "Dari sisi kualitas kelapa asal Sumsel harus siap jual dan bermutu baik. Kita tidak tahu apakah ini hanya siasat perang dagang atau bukan," tuturnya. (eno)
ADVERTISEMENT