Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Belajar Online Jadi Opsi Jika Kabut Asap di Palembang Kian Buruk
9 September 2023 21:00 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ancaman Infeksi Pernapasan Akut (ISPA) saat ini sedang menghantui masyarakat Palembang khususnya anak-anak akibat dari kabut asap karhutla yang semakin luas.
ADVERTISEMENT
Dinas Pendidikan Sumatera Selatan (Sumsel) pun telah mengambil langkah yakni mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk mulai kembali menggunakan masker dalam aktivitas belajar mengajar.
"Kami minta sekolah berkoordinasi dengan Dinkes terkait upaya-upaya yang harus diambil untuk mengetahui seberapa berbahaya asap yang ada. Kalau dirasa sudah berbahaya pihak sekolah dapat mengambil kebijakan dalam menurunkan jam belajar mengajar,"kata Kabid SMA Disdik Sumsel Joko Edi Purwanto, Sabtu (9/9).
Bahkan Joko menuturkan jika nantinya kabut asap semakin tebal dan berbahaya bagi kesehatan peserta didik, maka sekolah diharuskan mengambil skema pembelajaran melalui online sama seperti saat pandemi COVID-19 yang lalu.
"Jika lebih pekat atau tebal kabut asapnya maka harus belajar secara online di rumah, untuk melindungi dan menjaga kesehatan anak-anak dari kabut karhutla," kata dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel) Herman Deru mengakui jika Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di kota Palembang mulai memburuk. Hal ini merupakan dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah seperti OKI, OI dan Palembang.
"Jadi harapan saya, jangan lagi ada yang membuka lahan dengan membakar. Pun yang tidak sengaja tolong berhati-hati," ungkap Herman Deru, Selasa (5/8/2023).
Dalam waktu dekat pihaknya akan terus berkoordinasi lintas stakeholder dalam mengambil langkah penanganan karhutla. Beberapa kajian terkait rencana mengubah status siaga menjadi tanggap dinilai akan menjadi solusi penanganan karhutla yang lebih optimal.
"Hal ini merupakan konsekuensi dari El Nino di tengah kemarau," jelas dia.