Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kawasan Cinde sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Palembang sebagai tempat untuk mencari benda-benda yang sulit ditemukan di tempat lain. Sebab, pada umumnya pedagang di tempat ini menjual barang-barang yang sudah tidak diproduksi lagi. Mulai dari suku cadang kendaraan, koin kuno, elektronik, perabotan rumah tangga, dan berbagai jenis barang lainnya.
ADVERTISEMENT
Berlokasi di Jalan Cinde Welan, kawasan ini akan terlihat ramai setiap akhir pekan. Ratusan pedagang sejak pukul 04.00 WIB mulai menggelar dagangannya di atas sebuah tikar sederhana dan berjejer di pinggir jalan. Selang beberapa jam kemudian, kawasan ini akan sesak dipenuhi oleh pengunjung.
Salah seorang pembeli, Rianti Anggraini (26 tahun), mengatakan sengaja datang ke kawasan Cinde untuk mencari uang kuno. Dia mengaku, uang kuno tersebut rencananya akan dipergunakan untuk mahar pernikahan.
"Memang sengaja mau beli itu (uang kuno) di Cinde. Habisnya tidak ada di tempat lain," katanya, Minggu (13/10).
Rianti bilang, bukan kali pertama datang mencari sesuatu barang antik di kawasan ini. Selain karena barang yang diinginkan hampir pasti didapat, harga jual yang ditawarkan pedagang pun menurutnya relatif lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Jadi pintar-pintar kita melakukan tawar-menawar dengan pedagang. Jika beruntung maka akan dapat harga yang jauh lebih murah dari harga pasaran barang tersebut," katanya.
Sementara Nunik (53 tahun), seorang pedagang uang kuno mengatakan beberapa tahun lalu kawasan Cinde masih didominasi oleh pedagang yang menjual barang-barang kuno atau antik. Namun, dua tahun belakangan sudah cukup berkurang dan berganti dengan pedagang lainnya seperti pakaian bekas dan elektronik.
Nunik menyebut, berkurangnya para kolektor barang antik di kawasan ini seiring mulai eksisnya penjajak produk second (bekas), dan minat pasar yang mulai bergeser.
"Masih ada, namun tidak banyak seperti dulu. Adapun yang bertahan menjual barang antik karena masih ada yang membutuhkan," kata wanita yang sudah lebih dari 10 tahun berjualan di lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai pedagang uang kuno, Nunik membenarkan barang dagangannya banyak dicari untuk mahar pernikahan. Tak hanya itu, ada juga yang memang membeli uang kuno tersebut hanya untuk melengkapi koleksi.
"Selain untuk mahar, paling untuk kebutuhan sebagian kalangan saja. Seperti jenis koin tertentu mengandung bahan logam yang langka, atau ada faktor keberuntungan pada koin itu, macam-macam," kata Nunik.
Demikian dikatakan pedagang barang antik lainnya, Suherman (44 tahun). Menurutnya saat ini hanya barang-barang lama seperti televisi, mangkuk, piring dan lainnya saja yang bisa dijual.
"Dulu masih banyak yang jual keris, benda lama yang dianggap sakral, tapi sekarang mulai berkurang bahkan sudah mulai menghilang," katanya.
Suherman mencontohkan, sebuah televisi tabung berukuran 5 inci, harganya Rp 125 ribu. Televisi tersebut, kata dia, eksis di tahun 1980-an, hingga kini televisi ini masih menyala dan mampu menangkap sinyal tv nasional dengan hasil yang cukup jernih, meski berlayar hitam putih.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap makin banyak pedagang yang menjual barang antik, sehingga yang beli makin banyak juga," kata Suherman. (eno)