BHS: Pembangunan Rel Kereta Api Trans Sumatera Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Konten Media Partner
7 Agustus 2023 15:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS/baju batik) , saat meninjau operasional kereta api di Stasiun Kertapati, Kota Palembang. (ist)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS/baju batik) , saat meninjau operasional kereta api di Stasiun Kertapati, Kota Palembang. (ist)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kereta api reguler (biasa) berbasis rel dinilai mampu menghidupkan perekonomian dengan mengangkut penumpang dan barang dengan jumlah besar. Sehingga dengan kuantitas yang besar angkutan penumpang dan logistik bisa menumbuhkan dan menghidupkan perekonomian di wilayah Sumatera.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan oleh Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS), saat meninjau operasional kereta api di Stasiun Kertapati, Kota Palembang, Sabtu malam, 5 Agustus 2023.
Menurutnya, saat ini Trans Sumatera sudah terhubungkan separuh dari panjang rel yang telah dibangun di zaman Hindia Belanda dan masih sekitar 1.300 kilometer yang belum terhubungkan rel kereta api dari sekitar 3.500 kilometer panjang rel Trans Sumatera.
"Dan harusnya menjadi prioritas utama bagi pembangunan yang ada di wilayah Sumatera, bukan kereta cepat atau LRT," katanya.
Bambang bilang, untuk membangun 1.200 kilometer membutuhkan biaya sekitar Rp 10-20 triliun dengan harga perkilometer rel rata-rata sekitar Rp 8-15 miliar karena wilayah Sumatera sebagian merupakan tanah gambut.
"Harga tersebut setara dengan biaya pembangunan LRT di Palembang sebesar Rp 10,8 triliun yang hingga saat ini hanya menghasilkan pendapatan sekitar Rp 15 miliar satu tahun,“ kata BHS.
ADVERTISEMENT
Alumni ITS Surabaya ini juga memberikan contoh sebagai contoh angkutan kereta api di jalur Palembang-Lampung dengan jarak sekitar 230 kilometer, saat ini sudah mengoperasikan 3 rangkaian kereta penumpang.
Setiap rangkaian terdiri dari 10 gerbong penumpang dengan kapasitas 60 tempat duduk per gerbong yang total menghasilkan per tahunnya sekitar Rp 50 miliar dengan asumsi setiap keberangkatan load factor rata-rata sekitar 70 persen.
Berdasarkan data KAI Pusat dan Sumatera Selatan, dilintas tersebut juga mengoperasikan 60 rangkaian kereta barang per hari, yang setiap rangkaian kereta terdiri dari 61 gerbong barang bermuatan 50 ton setiap gerbong.
"Sehingga per harinya terangkut sekitar 186 ribu ton barang," katanya.
Apalagi keberangkatan dari Palembang juga ada yang menuju ke Lubuklinggau yang berjarak sekitar 300 kilometer dengan jumlah rangkaian kereta penumpang dan barang jauh lebih besar daripada yang menuju ke Lampung.
ADVERTISEMENT
"Load factor kepadatan rangkaian ini masih bisa di maksimalkan dengan penambahan rangkaian kereta api di jalur tersebut dan ini jelas bisa berfungsi untuk memindahkan kepadatan jalan raya di angkutan penumpang dan logistik," katanya.
Selain itu, juga bisa menghemat biaya kerusakan infrastruktur akibat angkutan ODOL serta mengurangi jumlah kecelakaan di jalan raya.
"Tentunya juga bisa menumbuhkan ekonomi secara cepat, karena dihidupkannya transportasi super massal penumpang dan logistik kereta api," kata Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.
Bambang menambahkan, hal itu tentu jauh lebih efektif dibandingkan dengan membangun kereta api cepat atau LRT yang hanya mengangkut penumpang saja dalam jumlah kecil dan kurang bermanfaat untuk pembangunan ekonomi bahkan menggerus APBN.