Konten Media Partner

Ciptakan Boneka Berbahan Tepung yang Ramah Lingkungan

18 Februari 2019 18:23 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah boneka hasil kreasi Nurul yang berbahan dasar tepung terigu (foto: Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah boneka hasil kreasi Nurul yang berbahan dasar tepung terigu (foto: Urban Id)
ADVERTISEMENT
Tepung terigu selama ini hanya dikenal sebagai salah satu bahan olahan dalam membuat makanan. Tapi di tangan Nurul Al Ama, tepung terigu mampu dikreasikan menjadi berbagai macam boneka unik yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun tahun 2014 lalu, Nurul yang tinggal di Jalan Sultan Mansur, Kelurahan Bukit Lama, Palembang, memulai membuat kerajinan boneka clay berbahan dasar tepung terigu ini. Berawal dari hobi menonton film edutaiment, dirinya kemudian tertarik untuk membuat boneka clay, hanya saja bahan dasar yang dipilihnya adalah tepung terigu dan bukan tanah liat.
“Alasan memilih tepung terigu karena bahannya mudah didapatkan. Selain itu ramah lingkungan,” katanya, Senin (18/2)
Ratusan karakter boneka kini telah diciptakan Nurul (foto: Urban Id)
Kemudian, mahasiwi Universitas Sriwijaya ini mulai belajar dari internet untuk lebih mendalami lagi teknik pembuatan boneka tersebut. Selain dari tepung terigu, bahan lainnya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah boneka adalah lem, pernis, dan pewarna sablon. Proses pembuatan satu boneka clay sendiri membutuhkan waktu rata-rata sekitar 30 menit, tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitannya.
ADVERTISEMENT
“Perlu kesabaran dan ketelitian, karena proses pembuatan setiap bagian boneka memiliki tingkat kerumitan yang berbeda,” katanya.
Kemudian, kata Nurul, setelah proses pembuatan tubuh boneka rampung maka proses selanjutnya adalah melakukan pernis agar tampilan boneka lebih mengkilap dan tahan lama. Untuk memasarkan produk kerajinannya, Nurul memanfaatkan dunia maya sebagai sarana marketing. “Untuk konsumen sendiri banyak dari luar daerah, seperti Jakarta, Bali, Ambon, hingga Makassar. Sementara omzet sendiri berkisar Rp 5-10 juta per bulan,” katanya.
Melalui usaha bonekanya, buah hati pasangan Syarifudin dan Jamilah ini mampu membiayai kuliah dan membantu perekonomian keluarga. Untuk itu, dirinya berharap mampu megembangkan usaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.(red/jrs)