Konten Media Partner

Epistem Solusi Iklim Berbasis Data Terbuka untuk Perlindungan Lahan di Sumsel

23 April 2025 20:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata saat memperkenalkan Epistem Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata saat memperkenalkan Epistem Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, program Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions (Epistem) memperkenalkan teknologi pemetaan bentang lahan berbasis data terbuka di Sumsel. Langkah ini diharapkan dapat mendukung solusi berbasis bukti untuk perencanaan, implementasi, dan pemantauan restorasi lahan.
ADVERTISEMENT
Indonesia, melalui sektor Pertanian, Kehutanan, dan Penggunaan Lahan Lainnya (AFOLU), terus memperkuat inisiatif mencegah deforestasi dan memulihkan lahan terdegradasi. Epistem hadir sebagai jawaban atas kebutuhan data yang akurat, transparan, dan mudah diakses, sekaligus memberikan alat strategis yang dapat digunakan oleh pemerintah, masyarakat, akademisi, hingga sektor swasta.
Epistem menawarkan teknologi pemetaan canggih yang bersifat open source, gratis, dan dirancang untuk penggunaan yang mudah tanpa memerlukan lisensi khusus. Melalui pendekatan ini, program ini mempermudah akses ke data berkualitas tinggi untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti.
Sebagai langkah awal implementasi, kegiatan 'Konsultasi Pengembangan Teknologi Pemetaan Bentang Lahan' digelar di Palembang. Acara ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Sumatera Selatan dengan dukungan BMU-IKI, serta bekerja sama dengan IIASA, CIFOR-ICRAF Indonesia, dan WRI Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Bappeda Sumsel, M. Adhie Martadhiwira menegaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan prioritas daerah untuk mencegah deforestasi dan degradasi lahan.
“Kami berharap teknologi ini mampu mendukung penyusunan kebijakan pembangunan yang lebih terarah dan berkelanjutan,” ujarnya.
Peneliti Senior dari IIASA, Ping Yowargana menyatakan bahwa teknologi Epistem dirancang untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi restorasi.
“Pendekatan open source memungkinkan semua pihak untuk mengakses dan memanfaatkan data secara optimal,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata menyoroti pentingnya kerja sama multipihak.
“Teknologi adalah alat, tetapi dampak nyata hanya bisa diraih melalui kolaborasi erat antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta,” tegasnya.
Kegiatan ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan maket teknologi Epistem serta menjaring masukan dari calon pengguna guna menyempurnakan fitur-fitur yang ditawarkan. Konsultasi awal pada Februari lalu telah memperkenalkan konsep teknologi ini dan mendengar pengalaman dari berbagai pihak terkait restorasi lahan.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan partisipatif dan adaptif, Epistem diharapkan menjadi fondasi penting dalam mendorong solusi iklim berbasis alam yang inklusif, transparan, dan berdampak luas di Sumsel dan seluruh Indonesia.