Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Foto: Candi Bumiayu, Satu- satunya Komplek Candi Sriwijaya di Sumsel
18 Desember 2019 19:54 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagai pusat perkembangan Kerajaan Sriwijaya, Sumatera Selatan memiliki banyak peninggalan bersejarah. Salah satunya yakni Candi Bumiayu yang berada di Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Bahkan, candi ini menjadi satu-satunya peninggalan Kerajaan Sriwijaya dalam bentuk komplek bangunan di Sumsel, yang sudah dieketemukan dan dipugar.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Arkeologi Sumsel, Sondang M Siregar, mengatakan, Candi Bumiayu merupakan komplek percandian peninggalan agama Hindu, yang terdiri dari 13 buah bangunan candi yang telah ditemukan. dan 5 diantaranya telah dipugar, yaitu Candi 1, Candi 2, Candi 3 dan 7, Candi 8.
"Berdasarkan kronologinya komplek candi ini diidentifikasi dibangun era Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 8-13 Masehi, dan merupakan satu-satunya komplek percandian Sriwijaya yang telah dipugar," katanya, Rabu (18/12).
Menurutnya, hal itu diperkuat berdasarkan tekstur bangunan seperti keramik, arca, yang lekat dengan Kerajaan Kriwijaya. Selain itu, hasil penelitian juga menyatakan untuk bangunan candi 1,2, dan 3 digunakan sebagai tempat sakral atau bangunan ritual.
Usaha pelestarian ini telah dimulai pada tahun 1990 sampai sekarang. Komplek Percandian Bumiayu meliputi lahan seluas 75,56 ha, dengan batas terluar berupa 7 buah sungai parit yang sebagian sudah mengalami pendangkalan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dilansir dari situsbudaya.id, candi-candi di Bumiayu merupakan death monument, artinya monumen yang telah ditinggalkan masyarakat pendukungnya. Candi tersebut ditinggalkan mungkin seiring dengan terdesaknya kekuatan politik Hindu oleh Islam pada sekitar abad ke-16. Kemudian candi-candi itu rusak dan terkubur tanah hingga ditemukan kembali oleh E.P. Tombrink tahun 1864. Peninggalan monumental itu beserta sistem budayanya benar-benar hilang pula dari ingatan kolektif pewarisnya.
Hal itu tampak bahwa penduduk Bumiayu tidak mengenal fungsinya semula. Cerita penduduk yang dicatat oleh A.J. Knaap tahun 1902 menyatakan bahwa apa yang sekarang disebut candi di Bumiayu itu adalah bekas istana sebuah kerajaan yang disebut Gedebong Undang. Diceritakan pula bahwa wilayah kerajaan tersebut sampai di Modong dan Babat. F.M. Schnitger melaporkan bahwa di kedua desa tersebut terdapat pula tinggalan agama Hindu (1934:4), namun kini telah hilang terkena erosi Sungai Lematang.(jrs/abp)
ADVERTISEMENT