Konten Media Partner

Kasus Demam Berdarah di Sumsel Meningkat di Tahun 2024

8 November 2024 16:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nyamuk DBD pada kulit manusia. Foto: AUUSanAKUL/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nyamuk DBD pada kulit manusia. Foto: AUUSanAKUL/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumsel sepanjang Januari hingga Rabu, 6 November 2024 mengalami peningkatan mencapai 5.243 kasus DBD. Jumlah kasus DBD di 2024 menjadi paling tinggi dibandingkan pada tahun 2023 yang hanya 2.804 kasus. "Angka tersebut dihitung dari Januari yang jumlahnya mencapai 1.598 kasus, diikuti Febuari yang mencapai 1.227 kasus dan sampai bulan November, dikonfirmasi dua kasus, " kata Pj Pengendali DBD, Didid Haryanto, Jumat 8 November 2024. Meski angka tersebut tinggi, namun Didit mengatakan, angka kasus itu menurun statis. Hal itu dilihat dari trend kenaikan kasus Dengue Sumsel Tahun 2024. "Dari semula mencapai seribu kasus, lalu perlahan menurun 200 kasus di bulan Juli hingga Oktober yang terkonfirmasi 96 kasus, " kata dia. Selain itu, untuk angka kematian akibat DBD hingga saat ini di Sumsel ada sebanyak 36 kasus dan yang paling tinggi ada di Palembang, yaitu 14 kasus di lokasi rata-rata berada di daerah padat penduduk seperti Makrayu, Kenten, dan lainnya. "Untuk angka kematian juga sekarang kita turun statis ya, setelah kita adakan pelatihan-pelatihan kepada nakes dan juga edukasi kepada masyarakat untuk segera membawa pasien BDB ke rumah sakit," kata Didid. Angka kematian sendiri masih menjadi perhatian hingga saat ini kata dia, hal itu disebabkan karena pasien DBD sering kali datang terlambat ke faskes ataupun rumah sakit. "Karena kalau DBD itu kan demam tinggi, kemudian menurun, nah demam yang menurun ini terkadang dianggap sembuh, padahal disana masa kritisnya," kata dia. Ia mengimbau kepada masyarakat untuk segera datang ke puskesmas atau rumah sakit apabila pasien demam tinggi dengan ciri-ciri gejala DBD. "Selain itu, kita juga imbau masyarakat untuk hidup bersih, dengan cara membersihkan sarang-sarang nyamuk. Dimulai dari rumah masing-masing," kata dia. Dilihat dari trend kasus kata Didid, kasus DBD akan muncul lebih banyak saat musim hujan dan saat curah hujan semakin tinggi. Hal itu dipengaruhi karena banyaknya genangan air yang mempercepat berkembangnya Nyamuk Aedes Aegypti. "Jadi perkembangnnya itu paling tinggi di musim hujan, atau November hingga Januari. Itu trendnya akan tinggi," kata Didid. Saat ini, Didid mengatakan, Dinkes Sumsel tengah giat melakukan pemberantasan dan penanggulangan DBD, salah satunya dengan kegiata Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN sudah gencar dilakukan di beberapa Kabupaten/Kota di Sumsel. "Kita sekarang sedang menggencarkan giat PSN ya, karena pada bulan-bulan seperti ini sangat cocok dilakukan untuk menekan tingginya kasus yang akan terjadi di awal tahun depan nanti," kata Didid. Masuk musim penghujan seperti ini kata Didid, memang sangat perlu dilakukan pencegahan, agar nantinya tidak akan menimbulan lonjakan kasus di awal tahun atau puncak musim penghujan. "Karena kita lihat masa inkubasinya ya. Nah, bulan ini memang sangat cocok untuk kita giat terus menerus untuk mengendalikan kasus Dengue ini," kata dia.
ADVERTISEMENT