Keluhkan Layanan RSUP Palembang, Pasien Usus Buntu Harus Jalani 2 Kali Operasi

Konten Media Partner
10 Februari 2023 14:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur LBH Bima Sakti Palembang, sebagai kuasa hukum CY, Novel, Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Direktur LBH Bima Sakti Palembang, sebagai kuasa hukum CY, Novel, Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
Seorang pelajar perempuan di Palembang berinisial CY (14) harus menanggung sakit yang luar biasa pasca-operasi usus buntu yang dilakukan oleh tim dokter RSUP Mohammad Hoesin Palembang.
ADVERTISEMENT
Direktur LBH Bima Sakti Palembang, sebagai kuasa hukum CY, Novel menjelaskan pada 30 Januari 2023 kliennya melakukan operasi usus buntu di RSUP Mohammad Hoesin Palembang.
"Sebelumnya CY dilakukan pemeriksaan, dan didiagnosis awal ringkasan perawatan mengalami acute appendicitis atau gejala radang usus buntu dan harus di lakukan operasi, " kata dia.
Novel menuturkan setelah menjalani operasi dan pemulihan terhadap pasien, pada 3 Februari 2023, CY dinyatakan sudah membaik dan diperbolehkan pulang. Namun saat CY tiba di rumah, keluarga mencium aroma yang tidak sedap berasal dari bekas operasi.
"Dari bekas operasi itu, keluar cairan berwarna kuning dengan intensitas yang secara terus menerus, " kata dia.
Novel menyebutkan jika operasi pertama ini cukup mengherankan, karena bekas luka tidak dijahit tapi hanya ditutup plester saja sehingga menyebabkan pembengkakan dan menjalar ke bagian tubuh lainnya yakni alat vital pasien.
ADVERTISEMENT
"Akibatnya bekas luka operasi mengeluarkan cairan kuning terus menerus da juga terjadi pembengkakan di area vital pasien atau miss V, " kata dia.
Dari dampak operasi itu, keluarga CY membawa kembali CY ke rumah sakit. Namun saat dokter memeriksa dan mengatakan keadaan pasien tidak apa-apa dan baik-baik saja kemudian menyuruh pasien pulang.
"Saya pun mengajak CY kembali ke RS dan melakukan pendamping serta minta penjelasan dari dokter yang melakukan operasi pertama. Namun pihak rumah sakit tidak mempertemukan dengan dokter yang melakukan operasi pertama kali pada pasien, " kata dia
Kemudian CY harus dilarikan ke UGD RSUP Mohammad Hoesin Palembang untuk diperiksa pemeriksaan kembali dan akhirnya dilakukan tindakan operasi kedua dengan alasan appendicitis akut supuratif pada appendiks.
ADVERTISEMENT
"Operasi kedua ditangani oleh dokter berbeda dengan operasi pertama tapi hasilnya lebih bagus, bekas luka operasi sudah dijahit dan kini masih pemilihan sehingga pasien masih terbaring lemah di ruang rawat inap," kata dia.
Novel menduga operasi ini merupakan malapraktek karena keluarga CY menggunakan BPJS saat operasi. Dengan begitu ditangani oleh dokter residen dan dilakukan dengan sembarangan yang terbukti bekas luka operasi tidak dijahit hanya ditutup plester saja.
"Dugaannya karena berobat dengan BPJS jadi pasien ditangani seadanya saja dan terkesan dibiarkan saja padahal jika dibiarkan kondisi pasien akan berbahaya karena pembengkakan ini sudah menjalar ke organ vital," tegas Novel.
Keluarga pasien tidak menuntut apa pun atau yang aneh-aneh hanya ingin anak mereka sembuh dan dirawat dengan layak juga benar. Jangan ada istilah pembedaan hanya karena mereka berobat dengan BPJS sehingga penanganannya tidak layak.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Utama RSUP Mohammad Hoesin Palembang Siti Khalimah, mengatakan, saat ini pihaknya masih menelusuri kejadian tersebut bersama tim, dan akan berdiskusi dengan tim dokter yang merawat.
"Apa kira-kira yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut akan ditelusuri, supaya kami bisa mengetahui permasalahan tersebut secara jelas dan melakukan tindak lanjut terkait masalah tersebut," kata dia, Jumat (10/2).
Khalimah menyebutkan pihaknya akan berupaya berkomunikasi dengan pasien dan keluarga agar masalah ini bisa diselesaikan dengan musyawarah.
"Kami upayakan diberikan pelayanan dengan kualitas yang sama. Terkait adanya somasi ini kami sedang mengkoordinasikan dengan tim hukum kami," kata dia.