Konten Media Partner

Kisah Makam Ratu Bagus Kuning di Palembang yang Dijaga 41 Kera

16 Juni 2019 12:43 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerbang masuk ke Makam Ratu Bagus Kuning yang berbentuk mahkota yang dipercaya warga sekitar merupakan hiasan mahkota yang dikenakan ratu, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang masuk ke Makam Ratu Bagus Kuning yang berbentuk mahkota yang dipercaya warga sekitar merupakan hiasan mahkota yang dikenakan ratu, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
ADVERTISEMENT
Penyebaran agama Islam di Nusantara tak bisa dilepaskan dari Kota Palembang. Sebagai kota tertua di Indonesia, kota yang berjuluk 'Kota Pempek' ini pernah berdiri kerajaan Islam yang cukup tersohor, yakni Kesultanan Palembang Darussalam sekitar abad ke-16.
ADVERTISEMENT
Salah satu tokoh yang diyakini turut andil dalam penyebaran Islam di Bumi Sriwijaya adalah Ratu Bagus Kuning atau yang bernama asli Putri Mulya Syarifah Mahani binti Syekh Dik Syekh Zainal Abidin Al Abib Yama dari Putra Sayyidina Hussein r.a bin Sayyidina Ali.
Juru Kunci Makan Ratu Bagus Kuning, Multan Panji (35 tahun), mengisahkan Ratu Bagus Kuning diketahui sebagai murid dari Wali Sanga yang berasal Pulau Jawa. Ia melakukan perjalanan ke Palembang untuk menyebarkan agama Islam. Hal itu dilakukannya usai mendapatkan bisikan gaib.
"Mulanya, Ratu Bagus Kuning tidak langsung singgah ke Palembang, melainkan di kawasan Batang Hari Sembilang atau Provinsi Jambi," kata pria yang dipercaya mengurus makam Ratu Bagus Kuning sejak tahun 2016 itu, menggantikan ayahnya, Muhammad Nasir.
Sebuah bangunan permanen yang di dalamnya berisi makam Ratu Bagus Kuning, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
Di tempat itu, kata Multan, Ratu Bagus Kuning sempat bertarung dengan 11 orang pendekar. Namun, berkat kesaktian yang dimilikinya, 11 pendekar tersebut akhirnya mampu dikalahkan dan memutuskan untuk memeluk Islam.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, 11 pendekar tersebut dipercaya masyarakat Palembang secara turun temurun sebagai penghulu. Terdiri dari Kuncung Emas, Datuk Buyung, Panglima Gede, Panglima Bisu, Syekh Ali Akbar, Panglima Apo, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, dan Bujang Juaro.
"Mereka (penghulu) tersebut juga menjadi pengikut setia Ratu Bagus Kuning serta ikut menyebarkan ajaran Islam. Bahkan ada beberapa penghulu tersebut yang makamnya berada di Bukit Seguntang, Palembang," katanya.
Makam Ratu Bagus Kuning yang berada di dalam bangunan permanen yang ditutup dengan kain tirai, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
Multan melanjutkan, hingga pada suatu saat Ratu Bagus Kuning tiba di bagian hulu dari Kota Palembang, tepatnya saat ini menjadi wilayah Kecamatan Plaju. Akhirnya, rombongan Ratu Bagus Kuning memutuskan untuk beristirahat di tempat tersebut.
Namun, saat tengah beristirahat Ratu Bagus Kuning menyadari jika tempat yang berada di tepian Sungai Musi tersebut merupakan kerajaan dari siluman kera. Para siluman tersebut juga merasa terusik dengan kedatangan rombongan Ratu Bagus Kuning dan menantang untuk bertarung.
Puluhan monyet yang dipercaya menjaga makam Ratu Bagus Kuning, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
"Hingga kemudian, Ratu Bagus Kuning bertarung dengan raja siluman kera, dengan sebuah perjanjian pihak yang kalah harus tunduk dan menjadi pengikut pihak yang menang," kata Multan.
ADVERTISEMENT
Raja siluman kera tersebut akhirnya kalah dan tunduk kepada Ratu Bagus Kuning, kemudian para siluman kera juga menjadi pengikut dari Ratu Bagus Kuning. Setelah itu, Ratu Bagus Kuning memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut dengan mendirikan sebuah keraton, dan dirinya mendapatkan gelar Panglima Ratu Bagus Kuning.
Lebih jauh diceritakan Multan, berdasarkan jejak sejarah, Ratu Bagus Kuning belum pernah menikah dan terus menyebarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya. Selain itu, masyarakat juga percaya jika sejumlah kera yang saat ini berada di kompleks pemakaman Ratu Bagus Kuning merupakan pengikutnya yang masih setia untuk menjaga makam tersebut.
"Jumlah kera-kera tersebut juga tidak bertambah dan berkurang yakni 41 ekor. Sedikit berbeda dari tempat lain, kera di makam Ratu Bagus Kuning ini juga memiliki ekor panjang," katanya.
Beberapa makam lainnya yang juga berada di kawasan makam Ratu Bagus Kuning, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
Makam Puteri Kembang Dadar yang berada tak jauh dari makam Ratu Bagus Kuning, Minggu (16/6) Foto: abp/Urban Id
Kini, tak ada lagi yang tersisa dari keraton yang pernah didirikan oleh Ratu Bagus Kuning di kawasan tersebut. Sebab, kata Multan, saat zaman kolonial Belanda, kawasan itu dibangun perumahan karyawan perusahaan perminyakan yang kini bernama PT Pertamina. Sementara untuk makam Ratu Bagus Kuning sampai saat ini masih berdiri kokoh. (abp/jrs)
ADVERTISEMENT