Konten Media Partner

Mawardi Yahya Akan Pimpin Sumsel Seperti Syahrial Oesman dan Alex Noerdin

29 Oktober 2024 6:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Gubernur (Cagub) Sumsel nomor urut tiga, Mawardi Yahya di debat pertama Pilgub Sumsel, Abdullah Toriq/Urban Id
zoom-in-whitePerbesar
Calon Gubernur (Cagub) Sumsel nomor urut tiga, Mawardi Yahya di debat pertama Pilgub Sumsel, Abdullah Toriq/Urban Id
ADVERTISEMENT
Calon Gubernur (Cagub) Sumsel nomor urut tiga, Mawardi Yahya menilai selama lima tahun terakhir pembangunan di Sumsel berjalan di tempat. Apalagi menurut Mawardi, sejak berakhirnya masa kepemimpinan Syahrial Oesman dan Alex Noerdin menjadi Gubernur Sumsel, pembangunan untuk daerah tidak ada. Untuk untuk dirinya di dalam debat perdana Pilgub Sumsel 2024, ia menyampaikan akan memimpin Sumsel layaknya Alex Noerdin dan Syahrial Oesman. "Tolong berikan saya kesempatan menjadi gubernur, InsyaAllah pembangunan di Sumsel akan saya wujudkan, " kata dia saat di debat pertama Pilgub Sumsel, Senin 28 Oktober 2024. Dirinya menyebutkan pembangunan di Sumsel tak hanya membutuhkan upaya pemerintah semata. Ada tangan-tangan perushaan yang bercokol di Sumsel yang bisa dimintakan bantuan untuk melakukan pembangunan infrastruktur. Dirinya mencontohkan, banyak perusahaan tambang dan perkebunan yang beropersasi di Musi Banyuasin yang menghasilkan banyak uang dari eksplorasi hasil alam Sumsel. Ke depan mereka akan dimintakan komitmen untuk lebih aktif mewujudkan harapan masyarakat dalam keterlibatan pembangunan. "Sudah banyak perusahaan swasta mendapatkan keuntungan. Sudah saatnya memberikan manfaat bagi masyarakat," jelas dia. Misi Besar Mawardi YahyaYahya jika Terpilih Menjadi Gubernur Mawardi mengaku dirinya bersama pasangannya Anita Noeringhati memiliki misi besar ketika masyarakat memilihnya menjadi pemimpin yakni pembangunan Tanjung Carat. Dirinya mencatat pembangunan pelabuhan internasional tak kunjung terjadi selama 10 tahun terakhir. Padahal, pelabuhan adalah hal sentral yang dapat mendorong hilirisasi kekayaan alam Sumsel. "Tidak memungkinkan lagi kapal-kapal besar masuk ke Pelabuhan Boom Baru. Alhasil banyak sumber daya kita lari ke Lampung," jelas dia.
ADVERTISEMENT