news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Melihat Piring Ramah Lingkungan Pengganti Styrofoam di Sumsel

Konten Media Partner
5 Januari 2020 19:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Desa Mendis Musi Banyuasin memperlihatkan piring dan kotak nasi ah lingkungan. Foto Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Warga Desa Mendis Musi Banyuasin memperlihatkan piring dan kotak nasi ah lingkungan. Foto Istimewa
ADVERTISEMENT
Warga Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mulai melakukan produksi produk ramah lingkungan. Salah satu produk yang tengah gencar diproduksi adalah piring berbahan pelepah pinang atau kelopak daun pinang, produk ini diyakini cukup efektif sebagai pengganti bahan styrofoam.
ADVERTISEMENT
"Selain piring, juga ada kotak makanan pengganti produk berbahan styrofoam dan plastik. Wisatawan yang membeli umumnya sebagai buah tangan, sedangkan pemerintah setempat menjadikannya produk utama kotak makanan seperti kotak nasi," kata Ketua Kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama (MMB), Supriyanto, Minggu (5/12).
Supriyanto bilang, sebelumnya pelepah pinang hanya dibakar karena merusak pemandangan dan sangat sedikit masyarakat yang memanfaatkannya untuk keperluan rumah tangga seperti penutup tempayan atau wadah air berukuran besar.
Nah, kali ini pihaknya mencoba untuk memanfaatkan limbah ini menjadi produk yang bernilai dan ramah lingkungan. Hasilnya, banyak yang membutuhkan seperti restoran di Jakarta melakukan pemesanan hingga 2.500 kotak nasi.
Menghasilkan produk bernilai ini, Supriyanto membeberkan tidaklah terlalu sulit. Pelepah pinang mulanya dibersihkan dan dikeringkan dengan pemanas listrik atau secara alami di bawah terik matahari. Bahan baku ini kemudian dipotong menggunakan mesin pemotong sesuai ukuran yang dikehendaki.
ADVERTISEMENT
Bahan ini bisa langsung dicetak atau disimpan terlebih dahulu untuk produksi jumlah banyak. Hanya saja sebelum dicetak dengan mesin pres, pelepah pohon pinang ini sedikit dibasahi agar mudah dilenturkan. Bahan ini pun tidak perlu diberi larutan mengkilap, karena tekstur pelepah sudah cukup mengkilap.
"Untuk bahan baku di Desa Mendis cukup banyak harganya Rp 300 hingga Rp 400 per lembar daun. Jika pesanan berjumlah banyak, bisa mengambil buana baku dari kawasan sekitar seperti Jambi yang hanya berjarak 2 jam perjalanan," katanya.
Harga jual kotor setiap lembar bahan sekitar Rp 1.500 hingga Rp 1.800 setiap kota atau piring. "Ketika cuaca bagus kami bisa produksi hingga 50 ribu kotak nasi atau piring per bulan.
ADVERTISEMENT
Comunity Bussines Development Specialist Kelola Sendang ZSL, Wijaya Asmara, mengatakan pihaknya memberikan pendampingan dari mulai pengolahan hingga pemasaran. Tujuannya agar masyarakat sekitar dapat melihat limbah menjadi barang yang bernilai sehingga tidak lagi bergantung pada hasil hutan yang ilegal.
Ke depan, Kelola Sendang-ZSL Indonesia akan meningkatkan kemampuan pengrajin dalam hal pengembangan produk dan usaha. Jika sudah mahir membuat piring dan kotak nasi, tidak lama lagi akan bisa membuat sendok, gelas, dan mangkok. Sementara sisa potongan pelepah dipastikan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi dan kambing.
Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex Noerdin, menjelaskan produk ramah lingkungan ini selain bernilai ekonomis juga dapat mendorong usaha kerakyatan. Nah ini program pemberdayaan masyarakat Muba hidup dan bermukim di kawasan hidrologis.
ADVERTISEMENT
"Tentunya program yang baik ini menambah penghasilan warga sebagai bagian pengentasan kemiskinan. Pemerintah akan menjadikannya produk utama pengganti wadah plastik dan styrofoam," kata Dodi Reza.
Program pemberdayaan masyarakat seperti ini harus terus digenjot sesuai dengan potensi yang ada di daerah Musi Banyuasin. OPD terkait juga perlu bersinergi bersama stakeholder guna meningkatkan pendapatan warga Muba dan menciptakan masyarakat yang bersahabat dengan alam. (eno)