Konten Media Partner

Melihat Potensi Gempa di Sumsel dari Kacamata Meteorologi, Geofisika

10 Februari 2020 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gempa. (foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa. (foto: Getty Images)
ADVERTISEMENT
Meski sangat jarang mengalami gempa bumi, Sumatera Selatan dinilai tidak sepenuhnya aman dari ancaman gempa. Gempa bumi yang terjadi akhir bulan lalu di Kabupaten Empat Lawang dengan 4,3 magnitudo (M) menambah catatan sejarah gempa di Sumsel.
ADVERTISEMENT
Sekitar lima tahun yang lalu tepatnya 2 November 2014 gempa berjarak 12 km barat daya pusat Kota Pagar Alam berkekuatan M 4,8 sempat dirasakan hingga ke Kabupaten Lahat, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Muara Enim hingga Kota Palembang.
Gempa bumi merusak juga pernah dibangkitkan oleh Sesar Musi pada tanggal 15 Mei 1997 dengan kekuatan M 5,0 yang mengakibatkan setidaknya 65 bangunan rusak berat dan ringan hingga mengakibatkan 4 orang korban jiwa.
“Gempa di Kabupaten Empat Lawang akhir bulan lalu dipicu oleh Sesar Lokal, yaitu ujung Sesar Musi melewati Kabupaten Empat Lawang. Merujuk terbitan buku Pusat studi Gempa Nasional 2017 (Pusgen 2017), Sesar Musi ini memiliki potensi gempabumi kekuatan maksimum mencapai M 7,2,” kata Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Ahli Muda BMKG Stasiun Geofisika Kepahiang, Bengkulu, Sabar Ardiansyah, Senin (10/2).
ADVERTISEMENT
Sabar bilang, potensi gempa ini bisa terjadi disepanjang jalur sesar, sehingga potensi tidak hanya bisa terjadi di Kepahiang atau rejang Lebong, melainkan juga di Kabupaten Empat Lawang yang dilewati ujung sesar ini.
Selain itu, potensi Sesar Komering yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu, melintasi beberapa kecamatan yaitu Sungai Are, Pulau Beringin, Mekakau Ilir, Banding Agung, Warkuk Ranau Selatan, Buay Pematang Ribu Ranau tengah, dan Sindang Danau.
Selai itu, Sesar Komering juga memiliki potensi gempa yan cukup besar, Segmen Komering Utara dengan panjang 111 km memiliki potensi M 7,2 sedangkan Segmen Komering Selatan yang panjang nya 60 km memiliki potensi gempa dengan kekuatan M 7,1.
Berdasarkan catatan kegempaan, tahun 1933 kawasan ini pernah terjadi gempa kuat dengan skala magnitudo 7,5. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh ahli kegempaan LIPI DR. Danny Hilman, di sekitar Danau Ranau pernah terjadi gempa dhasyat dengan kekuatan 7,5 pada tahun 1933.
ADVERTISEMENT
Aktivitas gempa akhir-akhir ini yang diduga kuat dibangkitkan oleh Sesar Komering adalah gempa 20 Agustus 2017 dengan kekuatan M5,0. Gempa ini terletak pada jarak 33 km Barat Daya Ogan Komering Ulu. Tidak hanya di OKU, gempa juga dirasakan hingga ke Lahat, Muara Enim, dan Liwa-Lampung.
Dikatakan, gempa bumi memiliki karakteristik yang terjadi secara berulang pada kawasan yang sama. Artinya, jika suatu daerah pernah terjadi gempa bumi, maka berpeluang terjadi kembali pada waktu tertentu. Memang saat ini belum ada tekhnologi yang mampu memprediksi secara akurat kapan dan berapa besar gempa bumi akan terjadi, namun wilayah-wilayah yang berpotensi akan terjadi gempa bumi sudah dapat dipetakan.
“Melihat keberadaan kita yang begitu dekat dengan lokasi gempa, sudah sepatutnya kita senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman gempa bumi yang setiap saat mengintai,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dapat kita bayangkan jika gempa bumi darat berkekuatan M>6,0 dengan kedalaman dangkal dan lokasinya sangat dekat dengan pusat kota terjadi kembali. Dimana gedung-gedung bertingkat sudah cukup banyak dan populasi penduduk semakin bertambah. Artinya, resiko dan potensi kerusakan dan korban jiwa cukup besar jika kita tidak memiliki sistem mitigasi yang memadai.
Gempa darat dengan kekuatan di atas 5,0 jika terjadi di pemukiman maka akan sangat merusak, sebab gempa darat sifatnya sangat lokal dan sangat dangkal sehingga guncangan sangat kuat. Berbeda dengan gempa subduksi di laut, dengan kekuatan sama karena jaraknya biasa jauh dari pemukiman mancapai ratusan kilo meter.
Sudah Siapkah Kita?
Harus disadari bahwa kita “menumpang” hidup di kawasan tidak 100% aman dari ancaman gempa bumi. Namun, sesungguhnya gempa bumi bukanlah ancaman bagi masyarakat sekitarnya. Melainkan dampak sekunder dari gempa bumi itulah yang bisa menyebabkan kerugian, kerusakan, bahkan korban jiwa. Dampak sekunder gempa bumi tersebut antara lain tertimpah reruntuhan bangunan, kebakaran, ledakan gas dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Mengenali lingkungan sekitar menjadi kunci utama dalam upaya mengurangi risiko saat terjadi gempa bumi. Saat mersakan getaran gempa kuat, upayakan untuk keluar rumah untuk menghindari reruntuhan. Namun, jika tidak sempat keluar rumah, cukup berlindung di bawah meja yang kuat. Upaya lain dapat dilakukan antara lain mengatur pintu keluar seefektif mungkin sebagai jalur evakuasi, mengatur tata letak furniture dalam rumah agar tidak membahayakan atau menghalangi jalan keluar ketika terjadi gempa bumi.
Memperhatikan kondisi bangunan seperti kekuatan pondasi, struktur kerangka serta dinding dan atap bangunan yang kuat dengan memperhatikan faktor amplifikasi dan percepatan tanah setempat adalah salah satu usaha yang dapat diambil dalam upaya mengurangi risiko kerusakan bangunan saat terjadi gempa bumi.
ADVERTISEMENT
Ancaman tanah longsor saat adanya getaran gempa bumi juga perlu diperhatikan oleh penduduk yang bertempat tinggal di sekitar tebing atau lereng yang curam. Penelitian menunjukkan bahwa pada wilayah yang miring atau curam dapat terjadi longsoran dangkal, longsoran dalam, dan runtuhnya bebatuan yang disebabkan oleh getaran gempa bumi.
Pemerintah daerah hendaknya melakukan pemetaan (mikrozonasi) secara menyeluruh wilayah-wilayah yang memiliki potensi kerusakan parah saat terjadi gempa bumi. Pemetaan ini bisa menjadi rekomendasi untuk tidak mendirikan bangunan pada wilayah-wilayah yang memilki potensi kerusakan parah saat terjadi gempa bumi. Sebagai alternatif penggantinya, wilayah ini mungkin hanya direkomendasikan sebagai lahan produktif seperti berladang dan bercocok tanam.
Penerapan konstruksi bangunan (building code) tahan gempa bumi juga harus dilakukan. Pendirian gedung publik tahan gempa sangat penting diperhatikan oleh pemerintah mengingat padatnya mobilitas yang terjadi pada gedung fasilitas umum.
ADVERTISEMENT
Melakukan kegiatan simulasi gempa bumi kuat di lingkungan gedung bertingkat juga merupakan salah satu upaya melatih kesiapsiagaan sebelum menghadapi gempa bumi yang sesungguhnya.
Selain melatih kesiapsiagaan serta seberapa besar kepedulian kita terhadap lingkungan dan fasilitas kantor, kegiatan simulasi gempa bumi kuat juga bisa menjadi salah satu tolak ukur seberapa besar kapasitas dan fasilitas yang kita miliki. Sebab, kondisi gedung bertingkat tidaklah sama dengan gedung satu lantai, sehingga gedung bertingkat memerlukan jalur evakuasi yang tertata rapih dan dikuasai oleh penghuni gedung serta mudah dipahami oleh tamu yang berkunjung
Melakukan kegiatan sosialisasi secara rutin kepada seluruh lapisan masyarakat tentang potensi bahaya gempa bumi dan upaya-upaya menghadapinya saat gempa bumi terjadi mungkin harus dijadikan salah satu agenda tetap dalam rangka mitigasi bencana gempa bumi. Sosialisasi bisa kepada pelajar mulai tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah mengengah atas (SMA), kantor-kantor pemerintahan juga bisa dijadikan sasaran sosialisasi, serta masyarakat umum mulai dari tingkat RT dan RW.
ADVERTISEMENT
“Upaya ini diharapkan semua lapisan masyarakat memilki pengetahuan dan pemahaman yang sama akan adanya potensi bahaya gempa bumi di wilayah sekitar serta upaya-upaya yang dilakukan untuk pengurangan risiko terhadap bencana ini,” katanya. (eno)