Oknum Guru Tari di Pagar Alam Cabuli Siswi SMA

Konten Media Partner
3 Juni 2024 16:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang siswi SMA di Pagar Alam, Sumsel berinsial AR (16 tahun) diduga telah menjadi korban pencabulan oleh oknum guru ekstrakurikuler, berinisial IS (40 tahun). Mendapat kabar tersebut keluarga korban pun langsung melaporkan ke Polres Pagar Alam atas kasus pencabulan.
ADVERTISEMENT
"Kejadiannya di rumah terlapor, untuk yang melaporkan adalah orang tua dari korban," kata Kasat Reskrim Polres Pagar Alam, Iptu Candra, Senin 3 Juni 2024.
Chandra menyebutkan, peristiwa pencabulan terjadi di rumah guru saat korban sedang berlatih tari. Selain menjadi pelatih tari, pelaku juga mengajar di SMA tempat korban bersekolah.
"Ini lagi proses penyelidikan. Nanti kami infokan setelah gelar perkara" jelas dia.
Wakil Ketua KPAI Pagar Alam, Taufik Hidayat, menyebut kasus pencabulan oleh guru yang belum lama ini terjadi di Pagar Alam merupakan kekerasan seksual yang sangat memprihatinkan. Pelaku sebagai guru di SMA tempat korban bersekolah justru melakukan perbuatan tidak terpuji terhadap siswanya sendiri.
"Pelaku wajib dikenai UU Perlindungan Anak dan UU TPKS. Pasal 15 UU TPKS memberikan penambahan pidana sepertiga jika dilakukan oleh tenaga pendidik, atau tenaga profesional, serta terhadap anak. Oleh karenanya, KPAI mendukung kepolisian mengusut tuntas secara profesional dan berkeadilan pada korban terhadap kasus ini serta transparan," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Taufik pun mendukung kspala UPTD PPPA Pagar Alam untuk mendampingi korban secara berkelanjutan. Dirinya pun berharap identitas korban dapat dijaga guna melindungi korban dari trauma.
"Luka psikis membutuhkan penyembuhan yang lama dibanding luka fisik. Sehingga dukungan semua pihak termasuk masyarakat dan dunia pendidikan sangat dibutuhkan. Agar korban dapat pulih seperti remaja-remaja lainnya. Tanpa stigma," tutup dia.