Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Potensi Kemarau di Sumsel Lebih Kering, Risiko Karhutla Meningkat
14 Maret 2025 21:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
BMKG Sumsel memprediksi musim kemarau pada 2025 akan berlangsung mulai Juni hingga Oktober, dengan kondisi yang lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya.
Pemerintah daerah diminta meningkatkan kewaspadaan karena potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) diprediksi akan semakin tinggi.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, menjelaskan bahwa kemarau yang lebih kering ini merupakan dampak dari peralihan fenomena La Nina yang terjadi pada 2024.
"Kemarau tahun ini di Sumsel akan lebih kering dibandingkan 2024 yang mengalami La Nina atau kemarau basah," ujarnya pada Jumat (14/3/2025).
Dengan kondisi tersebut, jumlah hotspot atau titik panas di wilayah Sumsel diperkirakan meningkat, yang berpotensi memicu karhutla lebih luas dibanding tahun lalu. Oleh karena itu, mitigasi dini menjadi langkah krusial untuk menekan risiko tersebut.
"Tahun lalu saja saat kemarau basah masih muncul hotspot. Apalagi tahun ini, dengan kondisi yang lebih kering, potensi dan sebarannya akan jauh lebih besar," tambahnya.
Wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) disebut menjadi daerah yang terdampak kemarau lebih awal, diperkirakan mulai masuk musim kering pada dasarian pertama Mei 2025. Tak hanya lebih awal, durasi kemarau di OKI juga diprediksi lebih panjang dibanding daerah lainnya.
Wandayantolis menegaskan perlunya fokus penanganan karhutla di wilayah ini, mengingat luasnya lahan gambut yang sangat rentan terbakar.
"Antisipasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya," katanya.
Sementara itu, wilayah Sumsel lainnya rata-rata akan memasuki musim kemarau pada dasarian pertama dan kedua Juni 2025. BMKG Sumsel berencana berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel untuk mengantisipasi potensi kebakaran dengan melakukan modifikasi cuaca dan pembasahan lahan guna mencegah penyebaran titik api.
"Edukasi masyarakat juga penting agar mereka tidak melakukan pembakaran lahan secara sengaja, karena dampaknya bisa sangat luas," tutupnya.
ADVERTISEMENT