Konten Media Partner

Ribuan Babi di Palembang Mati Mendadak, Diduga Akibat Demam Afrika

4 Juli 2020 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim dari gabungan kesehatan hewan Palembang saat melakukan pengambilan sampel di kadang milik peternak babi. (foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Tim dari gabungan kesehatan hewan Palembang saat melakukan pengambilan sampel di kadang milik peternak babi. (foto: istimewa)
ADVERTISEMENT
Sejumlah peternak babi di Palembang, Sumatera Selatan, melaporkan ribuan babi di peternakan mereka mati mendadak. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara kematian itu diduga disebabkan oleh Africa Swine Faver (ASF) atau demam babi afrika.
ADVERTISEMENT
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal, mengatakan kasus kematian babi ini sebenarnya sudah terjadi sejak April 2020. Namun, para peternak ini secara bertahap baru melaporkan kejadian ini sejak 15 Juni.
"Iya mereka ini banyak terlambat melapor, sehingga kpemeriksaan baru dapat dilakukan saat ini. Berdasarkan hitungan sementara jumlah babi yang mati sudah mencapai ribuan ekor," katanya, Sabtu (4/7).
Jafrizal bilang, informasi itu pertama kali dilaporkan oleh pertenak di kawasan Talang Buruk, Kelurahan Karya Baru, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Palembang. Saat itu terdapat 878 babi yang mati dan telah dikuburkan oleh pemiliknya.
"Tim kita bersama dengan Balai Veteriner Lampung turun ke lokasi untuk mengambil sampel baik dari kandang, feses, dan air minum yang digunakan babi itu. Hasilnya, diduga kuat babi ini mati akibat demam Afrika," katanya.
ADVERTISEMENT
Setelah dilakukan pengembangan, ternyata banyak peternak lainnya di kawasan sekitar yang mengalami kejadian serupa. Namun rata-rata dari mereka tidak melapor. Sebab jumlahnya hanya puluhan ekor. Tapi setelah dihitung keseluruhan ternyata jumlahnya sudah mencapai sekitar 1.000 ekor.
"Apalagi kita juga ketahui pasokan babi di peternak Palembang dan sekitarnya ini berasal dari Lampung dan Medan, yang mana kasus ASF ini sudah lebih dahulu ditemukan," katanya.
Jafrizal mengatakan, meski tidak berbahaya bagi manusia, namun virus ini dapat bertahan lama di kandang. Bahkan bisa hingga 2-3 bulan. Oleh karena itu, peternak diminta untuk sementara waktu mengentikan dulu pasokan babi mereka hingga kondisi kandang dinyatakan sudah steril.
Kemudian, peternak juga diminta agar lebih memperhatikan masalah kesehatan dan kebersihan kandang. Baik dari saluran pembungan, air yang digunakan dan sebagainya. Hal itu untuk meminimalisir potensi babi terinveksi virus.
ADVERTISEMENT
"Kita juga minta peternak segera melapor jika menemukan ternak mereka mati mendadak, sehingga tim dapat turun ke lapangan lebih cepat untuk melakukan pemeriksaan," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Pangan Kota Palembang, Sayuti mengatakan masih menunggu hasil sampel terhadap pemeriksaan ribuan babi yang mati tersebut. Menurutnya, tim sedikit kesulitan sebab tidak lagi menemui babi yang berpenyakit.
"Kita ambil sampel yang ada seperti darah sisa babi, kotoran, dan makanan serta minuman di kandang untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab kematiian babi ini," katanya. (jrs)